Lahatsatu merangkum sejumlah berita utama yang menyita perhatian publik. Dari nasib ribuan karyawan Sritex hingga perdebatan panas antara dua pemimpin negara di Gedung Putih, berikut rangkumannya:
Sritex Tutup, Ribuan Karyawan Terdampak PHK

PT Sri Rejeki Isman (Sritex) resmi berhenti beroperasi per 1 Maret 2024 setelah dinyatakan pailit. PHK massal menimpa 10.665 karyawan. Suasana haru mewarnai hari terakhir operasional perusahaan tekstil tersebut. Direktur Utama Iwan Kurniawan Lukminto menyampaikan permohonan maaf dan terima kasih kepada para pekerja. Pemerintah, melalui Wakil Menteri Ketenagakerjaan, menyatakan upaya penyelamatan Sritex telah menemui jalan buntu dan fokus pada pemenuhan hak-hak pekerja yang terdampak. Nasib para karyawan kini menjadi perhatian utama.
Pertamina Pertahankan Harga Pertamax
Berbeda dengan sejumlah perusahaan BBM swasta yang menaikkan harga beberapa produknya, Pertamina memutuskan untuk mempertahankan harga Pertamax, Pertamax Turbo, dan Pertamax Green 95. Dexlite dan Pertamina Dex justru mengalami penurunan harga. Keputusan ini diambil di tengah fluktuasi pasar global. Sementara itu, BBM subsidi seperti Pertalite dan Biosolar juga tetap dipertahankan harganya.
Dugaan Korupsi Impor BBM: Blending atau Oplosan?
Kejaksaan Agung tengah menyelidiki dugaan korupsi impor BBM yang melibatkan PT Pertamina Patra Niaga. Dugaan pencampuran (blending) BBM RON 90 menjadi RON 92 tengah menjadi sorotan. Pertamina Patra Niaga menjelaskan bahwa blending merupakan proses umum, namun proses tersebut diduga tidak sesuai prosedur. Komisi XII DPR telah melakukan rapat dengar pendapat dengan Pertamina Patra Niaga dan perusahaan penyalur BBM lainnya untuk mengklarifikasi isu ini.
Trump dan Zelensky Bersitegang di Gedung Putih
Pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Zelensky di Gedung Putih diwarnai perdebatan sengit terkait strategi penyelesaian konflik Ukraina-Rusia. Perbedaan pandangan yang tajam antara kedua pemimpin negara tersebut memicu ketegangan. Zelensky mengkritik pendekatan Trump yang dianggap terlalu lunak terhadap Putin, sementara Trump menyoroti posisi Ukraina yang rentan dan risiko eskalasi konflik. Perdebatan ini berpotensi merusak upaya diplomatik Eropa.