Pasar saham Indonesia mengalami gejolak pekan lalu, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot tajam hingga 4,67%. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut dua faktor domestik utama sebagai penyebabnya, meski sentimen global juga turut berperan. Pelemahan ini diperparah oleh penurunan peringkat pasar modal Indonesia dan berkurangnya partisipasi investor ritel. Laporan keuangan emiten yang terdampak perlambatan ekonomi juga menambah tekanan. Sementara itu, isu mengenai Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) sempat menjadi sorotan, namun BEI membantahnya sebagai penyebab utama penurunan IHSG.
Di tengah gejolak pasar, kinerja PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menarik perhatian. Emiten batu bara ini mencatatkan laba bersih signifikan dan membagikan dividen, meskipun laba per sahamnya turun. Pertanyaan kini tertuju pada prospek ITMG ke depan di tengah penurunan harga batu bara.
Sektor teknologi juga diwarnai kontroversi. Laporan investigasi mengungkap dugaan bahwa unicorn eFishery beroperasi dengan metode yang lebih tradisional daripada klaim teknologinya yang canggih. Penggunaan fitur unggulan disebut terbatas, dan integrasi data yang minim menimbulkan keraguan atas akurasi prediksi dan pembukuan perusahaan.
Kabur berita kurang baik datang dari sektor tekstil. Pemerintah gagal menyelamatkan PT Sritex dari kebangkrutan, mengakibatkan PHK massal terhadap 10.665 karyawan. Kegagalan ini terjadi setelah Mahkamah Agung menolak kasasi Sritex, dan kini pemerintah berjanji akan menjamin hak-hak buruh yang terkena PHK. Total utang Sritex mencapai angka fantastis, Rp 32,63 triliun.
