Pekan lalu menyajikan dinamika pasar modal yang menarik. Rencana IPO anak usaha Chandra Asri, penurunan rating Bank Mandiri oleh JP Morgan, dan kiat investasi dari Lo Kheng Hong menjadi sorotan utama. Di tengah koreksi IHSG, saham Unilever bahkan menyentuh titik terendah sejak 2009.
Anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Chandra Daya Investasi, berencana melakukan penawaran umum perdana (IPO). Langkah ini diharapkan meningkatkan sinergi dan efisiensi operasional perusahaan, terutama pasca akuisisi kilang minyak di Singapura yang ditargetkan mendongkrak pendapatan secara signifikan. Pabrik petrokimia Chandra Asri di Ciwandan juga baru saja mendapat pengakuan penting dari pemerintah.

Sementara itu, JP Morgan mengejutkan pasar dengan menurunkan peringkat Bank Mandiri menjadi "underweight" dan memangkas target harga sahamnya. Anjloknya performa saham BMRI dalam sepekan terakhir menjadi alasan utama. JP Morgan memprediksi penurunan laba Bank Mandiri hingga 10% dalam beberapa tahun mendatang akibat tekanan likuiditas dan melambatnya pertumbuhan kredit. Meskipun laba bersih 2024 solid, JP Morgan menyorot tantangan biaya dana dan pendapatan bunga bersih, serta faktor eksternal seperti fluktuasi nilai tukar dan suku bunga AS.
Di tengah gejolak IHSG, investor kawakan Lo Kheng Hong menyarankan investor ritel untuk memanfaatkan situasi dengan berburu saham blue chip yang terdiskon. Ia menekankan dua hal penting dalam memilih saham: laba besar dan dividen tinggi.
Tren lain yang menarik perhatian adalah munculnya situs web AI yang mampu mengubah foto menjadi video kungfu. Hailuo AI memungkinkan pengguna untuk membuat video aksi kungfu yang unik dan lucu dari foto mereka.
Terakhir, saham Unilever (UNVR) anjlok ke titik terendah sejak 2009, dipicu penurunan laba dan penjualan bersih kuartal III 2024, persaingan ketat, dan isu boikot. Meskipun Unilever berencana melakukan inovasi dan efisiensi, kinerja keuangan kuartal I 2025 akan menjadi penentu pemulihan perusahaan.