Webinar Green Skilling: Perusahaan di Semarang Diminta Hitung Emisi Scope 1, 2, dan 3

Sebuah webinar bertajuk "Simplifying Greenhouse Gas (GHG) Calculations and Reporting for Finance Professionals" yang diselenggarakan oleh Cerita.co.id sukses digelar pada Selasa, 12 November 2024. Webinar

Agus sujarwo

Webinar Green Skilling: Perusahaan di Semarang Diminta Hitung Emisi Scope 1, 2, dan 3

Sebuah webinar bertajuk "Simplifying Greenhouse Gas (GHG) Calculations and Reporting for Finance Professionals" yang diselenggarakan oleh Cerita.co.id sukses digelar pada Selasa, 12 November 2024. Webinar ini menghadirkan Ghivarly Addarquthni, ESG Specialist East Ventures, yang memberikan edukasi kepada para profesional mengenai perhitungan emisi gas rumah kaca untuk mendukung mitigasi krisis iklim.

Indonesia, menurut data Climate Watch tahun 2019, menempati peringkat ke-8 sebagai negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia dengan total 1.002,4 metrik ton. Sebagian besar emisi berasal dari sektor listrik dan panas bumi yang berbasis bahan bakar fosil. Data ini menunjukkan urgensi tindakan lingkungan di Indonesia, terutama mengingat sektor kehutanan belum termasuk dalam perhitungan tersebut. Komitmen global untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5°C pada tahun 2030, sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Paris 2015, semakin mempertegas pentingnya upaya dekarbonisasi.

Webinar Green Skilling: Perusahaan di Semarang Diminta Hitung Emisi Scope 1, 2, dan 3
Gambar Istimewa : imagedelivery.net

Ghivarly Addarquthni menekankan peran penting perusahaan dalam mencapai target pengurangan emisi global. Ia menjelaskan GHG Protocol, standar global untuk pengukuran dan pelaporan emisi, yang membagi emisi menjadi tiga scope: Scope 1 (emisi langsung dari aktivitas perusahaan, seperti fasilitas dan transportasi), Scope 2 (emisi dari energi yang digunakan perusahaan), dan Scope 3 (emisi tidak langsung dari rantai pasokan perusahaan, termasuk aktivitas hulu dan hilir).

Ghivarly mendorong perusahaan untuk fokus pada perhitungan emisi Scope 1 dan 2 terlebih dahulu. "Fokus utama perusahaan sekarang harus bisa menghitung scope 1 dan 2 dari emisinya masing-masing. Karena ini perhitungan dasar yang mudah dipahami," ujarnya. Meskipun Scope 3 seringkali menyumbang hingga 75% dari total emisi perusahaan dan perhitungannya lebih kompleks, Ghivarly menekankan pentingnya memasukkannya dalam perhitungan karena kontribusinya yang signifikan. Ia menyarankan perusahaan untuk melakukan perhitungan emisi Scope 1 dan 2 secara bertahap dan konsisten selama satu tahun untuk mendukung target dekarbonisasi global.

Berita ini juga terbit di: www.vritimes.com/id

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Klik Laporkan. Terima Kasih
Laporkan

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar

ads cianews.co.id banner 1