Jakarta – Menteri Hukum dan HAM, Supratman Andi Agtas, baru-baru ini bertemu dengan sejumlah musisi papan atas Indonesia. Pertemuan yang berlangsung di Jakarta, Rabu (19/2), dihadiri oleh Agnez Mo, Arman Maulana, Ariel Noah, dan Bunga Citra Lestari (BCL). Tujuan utama pertemuan tersebut adalah membahas sistem royalti dan revisi Undang-Undang Hak Cipta yang sedang dibahas DPR.
Supratman menyampaikan apresiasi atas inisiatif para musisi yang secara aktif menyuarakan aspirasi mereka. "Masukan dari Agnez Mo dan musisi lainnya akan menjadi pertimbangan penting dalam pembahasan revisi UU Hak Cipta," tegas Supratman dalam konferensi pers. Ia menekankan bahwa pemerintah selalu terbuka terhadap masukan dari berbagai pihak, termasuk musisi, akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya. Prosesnya, lanjut Supratman, setelah menerima draf RUU dari parlemen, Kementerian Hukum akan melakukan kajian lebih lanjut.

Agnez Mo, yang juga hadir dalam pertemuan tersebut, menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya pemahaman yang lebih baik terhadap regulasi hak cipta. Ia berbagi pengalamannya sebagai pencipta lagu yang berkarier di Indonesia dan luar negeri, termasuk pengalamannya sebagai bagian dari Broadcast Music, Inc. (BMI), LMK di Amerika Serikat. Agnez Mo menjelaskan bahwa awalnya pertemuan ini bertujuan untuk mempelajari UU Hak Cipta lebih dalam. Namun, adanya beberapa kasus yang menimbulkan kebingungan di kalangan musisi, mendorong diskusi lebih lanjut. "Saya warga negara Indonesia dan taat hukum. Namun, ada kasus yang membuat kami bingung, sehingga saya merasa perlu duduk bersama untuk mencari solusi," ungkap Agnez Mo.
Senada dengan Agnez Mo, Arman Maulana mengungkapkan keresahan para musisi terkait sistem royalti yang menjadi pemicu utama pertemuan ini. Ketiadaan serikat penyanyi yang menaungi mereka, mendorong terbentuknya Vibrasi Suara Indonesia (VISI) yang kemudian menyusun manifesto tuntutan. "Kami berkumpul karena belum ada wadah yang menaungi kami," jelas vokalis Gigi tersebut.
Ariel Noah menambahkan bahwa VISI hadir untuk menyuarakan aspirasi para penyanyi dan mencari solusi atas polemik yang ada. "Kami ingin negara hadir untuk menengahi dan memberikan kejelasan," ujarnya. BCL pun menambahkan harapan agar industri musik Indonesia memiliki ekosistem yang adil bagi semua pihak. "Kami ingin solusi agar industri musik berjalan fair dan baik untuk semua," kata BCL.
Pertemuan ini diharapkan menjadi langkah awal yang baik dalam memperkuat dialog antara pemerintah dan para musisi, demi menciptakan kebijakan hak cipta yang lebih jelas dan adil bagi industri musik Indonesia.