Bandung – Kegaduhan melanda perusahaan teknologi perikanan, eFishery. Serikat pekerja, SPMTN, menggelar aksi di kantor pusat Bandung, Kamis (23/1), menuntut klarifikasi terkait rumor PHK massal dan penutupan perusahaan pada Februari mendatang. Aksi yang berlangsung dari pukul 12.00 hingga 13.50 WIB ini dipicu oleh kekhawatiran karyawan akan rencana PHK yang diduga untuk menghindari pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR).
SPMTN dalam keterangan resminya menyatakan, mereka mendesak manajemen eFishery membatalkan rencana PHK dan meninjau ulang strategi bisnis perusahaan. Dugaan akan adanya PHK massal ini semakin menguat di tengah beredarnya isu dugaan fraud atau kecurangan keuangan yang telah dilaporkan sebelumnya.
Isu kecurangan keuangan eFishery pertama kali mencuat pada 15 Desember 2024 melalui laporan DealStreetAsia. Laporan tersebut memicu pergantian kepemimpinan di perusahaan. Gibran Huzaifah digantikan Adhy Wibisono sebagai CEO interim, sementara Albertus Sasmitra menggantikan Adhy sebagai CFO interim.
Bocoran hasil investigasi awal yang beredar di kalangan investor dan media, seperti Bloomberg News dan Straits Times, menunjukkan dugaan penggelembungan dana perusahaan hingga US$ 600 juta (sekitar Rp 9,8 triliun) selama periode Januari-September 2024. Laporan setebal 52 halaman tersebut menyebutkan manajemen diduga memanipulasi angka pendapatan, bahkan hingga lebih dari 75% dari angka yang dilaporkan. Dugaan manipulasi juga menyasar laporan keuangan beberapa tahun sebelumnya. Investigasi ini bermula dari laporan seorang whistleblower yang mempertanyakan keakuratan laporan keuangan perusahaan.
Aksi protes karyawan eFishery ini menjadi sorotan publik dan menimbulkan pertanyaan besar terkait masa depan perusahaan teknologi yang sempat mencuri perhatian tersebut. Pihak manajemen eFishery hingga saat ini belum memberikan tanggapan resmi terkait tuntutan karyawan dan dugaan penggelembungan dana yang telah beredar luas.