Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono akhirnya bergabung dalam pembekalan Kabinet Merah Putih di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah, pada Minggu (26/10). Sebelumnya, politikus Gerindra tersebut absen karena menjalankan tugas negara di Rusia.
Ketidakhadiran Sugiono di hari pertama pembekalan disebabkan oleh partisipasinya dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus 2024 di Kazan, Rusia, pada 22-24 Oktober 2024. Sugiono bertindak sebagai Utusan Khusus Presiden Prabowo, dan ini merupakan tugas pertamanya sebagai Menlu RI.

"Beliau sudah sampai semalam. Jadi, pagi ini sudah bergabung dalam kegiatan," kata Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi, melalui pesan singkat yang disampaikan dari Akademi Militer, Magelang, Sabtu (26/10).
Hasan menambahkan bahwa Sugiono mengikuti pembekalan materi seputar program hilirisasi bersama para menteri, wakil menteri, kepala lembaga, staf khusus presiden, penasihat presiden, dan utusan khusus presiden.
"Sekarang kita masih mengikuti materi di kelas," katanya.
Dalam KTT BRICS Plus di Rusia, Indonesia menyatakan minatnya untuk bergabung dalam organisasi yang terdiri dari Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan tersebut. Hal ini menandai awal proses Indonesia untuk menjadi anggota BRICS.
Sugiono menyampaikan pesan Presiden Prabowo tentang anti penjajahan dan anti penindasan. Ia juga menekankan solidaritas dan komitmen terhadap perdamaian global, serta menyoroti krisis yang terjadi di Palestina dan Lebanon.
"Indonesia tidak dapat berdiam diri saat kekejaman ini terus berlanjut tanpa ada yang bertanggung jawab," tegas Menlu Sugiono.
Indonesia menyerukan gencatan senjata dan penegakkan hukum internasional, serta pentingnya dukungan berkelanjutan untuk pemulihan Gaza. Sugiono juga mengajukan beberapa langkah konkret untuk memperkuat kerjasama BRICS dan Global South, antara lain:
- Menegakkan hak atas pembangunan berkelanjutan, dengan negara berkembang membutuhkan ruang kebijakan dan negara maju harus memenuhi komitmen mereka.
- Mendukung reformasi sistem multilateral agar lebih inklusif, representatif, dan sesuai dengan realitas saat ini.
- Memperkuat institusi internasional dan memberikan sumber daya yang memadai untuk memenuhi mandatnya.
- Menjadi kekuatan untuk persatuan dan solidaritas di antara negara-negara Global South.
"Bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif," ujar Menlu Sugiono.
"Bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum," tambahnya.
Sugiono menilai, prioritas BRICS selaras dengan program kerja Kabinet Merah Putih, antara lain terkait ketahanan pangan dan energi, pemberantasan kemiskinan, dan pemajuan sumber daya manusia.