Sinar Mas Land Fokuskan Investasi ke Kesehatan dan Pendidikan, Tinggalkan Startup

Living Lab Ventures, perusahaan modal ventura di bawah naungan Sinar Mas Land, beralih fokus dari investasi di sektor digital ke bidang kesehatan dan pendidikan. "Kami

Redaksi

Sinar Mas Land Fokuskan Investasi ke Kesehatan dan Pendidikan, Tinggalkan Startup

Living Lab Ventures, perusahaan modal ventura di bawah naungan Sinar Mas Land, beralih fokus dari investasi di sektor digital ke bidang kesehatan dan pendidikan. "Kami tidak hanya fokus pada startup, tetapi juga perusahaan yang lebih matang seperti universitas, rumah sakit, dan klinik," ungkap Bayu Seto, Partner Living Lab Ventures, dalam acara Media Briefing LLV Strategic Partnership & H2 2024 di Sentral Senayan II, Jakarta, Kamis (12/9).

Perubahan strategi ini didasari oleh potensi besar sektor kesehatan. Mulyawan Gani, Chief Transformation Officer Sinar Mas Land, mencatat pertumbuhan pengeluaran dan perawatan medis mencapai 12% per tahun, dua kali lipat lebih tinggi dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang hanya 4% – 5%. "Kami akan masuk ke industri medis di Bumi Serpong Damai (BSD). Kami bisa mendatangkan dokter-dokter asing, karena ada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Ini akan membuka semua peluang dan perlu difasilitasi," jelasnya.

Sinar Mas Land Fokuskan Investasi ke Kesehatan dan Pendidikan, Tinggalkan Startup

Sinar Mas Land berencana untuk menarik diaspora Indonesia di bidang kesehatan untuk bekerja di KEK Kesehatan BSD. Gaji dan tanggung jawab mereka akan disesuaikan dengan fasilitas pembebasan pajak yang ditawarkan KEK.

BSD sendiri termasuk dalam KEK yang meliputi bidang kesehatan, pendidikan, dan teknologi. Usulan ini telah disepakati pada Mei lalu, namun pembentukan KEK di BSD masih menunggu Peraturan Pemerintah (PP) dari Presiden Jokowi atau presiden terpilih Prabowo Subianto.

Investasi ke Startup Indonesia Menurun Drastis

Di sisi lain, investasi ke startup Indonesia mengalami penurunan signifikan. Chairman Nexticorn Foundation, Rudiantara, menyebutkan pendanaan startup turun dari US$ 526 juta pada semester pertama tahun lalu menjadi US$ 300 juta pada semester pertama tahun ini. Sebagian besar dana tersebut dialokasikan untuk startup tahap awal.

Laporan Tracxn bertajuk "Geo Semi-Annual Report: Indonesia Tech H1 2024" menunjukkan penurunan investasi ke startup Indonesia sebesar 64% secara tahunan (yoy) dari US$ 526 juta menjadi US$ 191 juta pada paruh pertama tahun ini.

Startup teknologi finansial (fintech), terutama asuransi (insurtech) dan aplikasi untuk bisnis ke bisnis (btob), menjadi sektor dengan kinerja terbaik pada semester pertama tahun ini. Namun, tidak ada unicorn baru yang tercipta tahun ini. Pada periode yang sama tahun lalu, hanya satu startup yang berhasil mencapai valuasi di atas US$ 1 miliar.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Klik Laporkan. Terima Kasih
Laporkan

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar

ads cianews.co.id banner 1