Jakarta – Kembali mencuat kabar rencana merger antara GoTo dan Grab. Langkah ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor dan pakar ekonomi terkait dampaknya terhadap konsumen. Darryl Ratulangi, Managing Director OCBC Ventura, mengungkapkan potensi pengurangan pilihan bagi konsumen jika kedua raksasa aplikasi tersebut bergabung.
"Lebih banyak opsi biasanya berujung pada persaingan harga yang lebih ketat," ujar Darryl dalam acara Investment Outlook 2025 di Jakarta, Rabu (5/2). Ia melihat dominasi Grab di Asia Tenggara dan fokus GoTo di Indonesia. Jika merger terjadi, dominasi pasar gabungan akan semakin kuat, berpotensi meningkatkan valuasi perusahaan, namun dengan konsekuensi bagi konsumen.
![Merger GoTo dan Grab: Ancaman Monopoli atau Peluang? 2 Merger GoTo dan Grab: Ancaman Monopoli atau Peluang?](https://lahatsatu.com/wp-content/uploads/2025/02/2024_03_20-09_20_01_717c6104-e667-11ee-838b-0242ac14000c_620x413_thumb.jpg)
Dampak positif dan negatif merger, menurut Darryl, sangat bergantung pada harga kesepakatan. Namun, potensi monopoli menjadi sorotan utama. Sebelumnya, Lahatsatu telah mewawancarai beberapa pakar ekonomi terkait hal ini.
Esther Sri Astuti, Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef), menyarankan pemerintah menetapkan batas atas harga atau mendorong munculnya perusahaan sejenis lainnya untuk menjaga persaingan sehat. "Pemerintah harus intervensi untuk mencegah potensi eksploitasi konsumen," tegas Esther dalam wawancara Februari 2024 lalu.
Senada dengan Esther, Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital dan Ekonom Center of Economic and Law Studies (CELIOS), menyatakan bahwa merger ini akan menciptakan duopoli, bahkan monopoli, di sektor angkutan sewa khusus. "Gojek dan Grab menguasai lebih dari 80% pangsa pasar di Indonesia," ujar Nailul. Ia menambahkan, perusahaan lain seperti Maxim dan inDrive sulit bersaing, terutama karena strategi "bakar uang" yang diterapkan Gojek dan Grab.
Nailul secara tegas menyatakan penolakan terhadap merger ini. "Mereka akan menjadi penentu harga dan mendominasi industri. Konsumen akan kehilangan kekuatan tawar," tegasnya. Ia juga memprediksi Maxim dan inDrive akan kesulitan bertahan karena kalah dalam perang modal.
Perdebatan seputar merger GoTo dan Grab menunjukkan dilema antara potensi peningkatan efisiensi dan inovasi di satu sisi, serta ancaman monopoli dan kerugian konsumen di sisi lain. Pemerintah dan regulator perlu mempertimbangkan dampaknya secara komprehensif sebelum merger ini benar-benar terjadi.