Indonesia menjadi pasar terbesar kedua TikTok Shop secara global, menurut data riset Tabcut.com. Nilai transaksi bruto (GMV) TikTok Shop diperkirakan mencapai angka fantastis, US$ 32,6 miliar atau sekitar Rp 533,6 triliun (kurs Rp 16.370 per US$). Kendati demikian, investasi induk perusahaan TikTok, ByteDance, di Indonesia terbilang lebih kecil dibandingkan di negara tetangga, Malaysia dan Thailand.
ByteDance, raksasa teknologi asal China, telah menggelontorkan dana US$ 2,1 miliar (Rp 34,4 triliun) untuk membangun pusat data di Malaysia pada Juni 2024. Investasi besar-besaran juga dilakukan di Thailand, dengan komitmen 126,8 miliar baht (Rp 60 triliun) untuk layanan hosting data yang direncanakan beroperasi pada 2026. Investasi di Thailand ini merupakan bagian dari proyek senilai US$ 5 miliar yang telah disetujui pemerintah setempat.
Berbeda dengan Malaysia dan Thailand, investasi ByteDance di Indonesia lebih difokuskan pada akuisisi saham. Perusahaan tersebut telah menggelontorkan US$ 1,5 miliar (Rp 23 triliun) untuk mengakuisisi 75,01% saham Tokopedia dari GoTo. Langkah ini menunjukkan strategi ByteDance yang berbeda dalam mengembangkan bisnisnya di Indonesia, dengan fokus pada kolaborasi strategis ketimbang pembangunan infrastruktur data berskala besar seperti di Malaysia dan Thailand. Meskipun demikian, potensi pasar Indonesia yang sangat besar tetap menjadi daya tarik utama bagi TikTok dan induk perusahaannya.