Jakarta – Rencana pelarangan penggunaan Pertalite bagi pengemudi ojek online (ojol) menuai protes. Para driver mengeluhkan semakin sulitnya mencari order, ditambah beban pengeluaran yang membengkak akibat kenaikan harga BBM.
Setiawan, seorang driver Gojek berusia 48 tahun, mengungkapkan pendapatannya fluktuatif. "Kalau lagi ramai, bisa dapat Rp200.000 – Rp300.000 per hari. Tapi kalau sepi, cuma Rp100.000 – Rp150.000," ujarnya. Ia menambahkan, persaingan yang ketat membuat pendapatannya tak selalu stabil, meskipun order terbilang banyak. Biaya BBM jenis Pertalite saja sudah menguras Rp30.000 – Rp40.000 per hari. "Berat banget kalau nggak boleh pakai Pertalite lagi," keluhnya.

Senada dengan Setiawan, Suwandi, driver Maxim, juga merasakan kesulitan. "Order Maxim memang sedikit," akunya. Pendapatannya rata-rata hanya Rp50.000 – Rp100.000 per hari, jauh lebih rendah dibanding driver Gojek dan Grab yang bisa mencapai Rp200.000 – Rp300.000 karena melayani beragam layanan, seperti antar makanan dan barang. Suwandi menghabiskan Rp45.000 – Rp50.000 untuk BBM subsidi selama 1-2 hari. "Saya harus keliling cari tempat ramai order Maxim, jadi bensinnya boros," tambahnya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa ojol tidak termasuk dalam kategori penerima BBM subsidi. Pemerintah memprioritaskan penyaluran BBM subsidi untuk kendaraan umum berpelat kuning. Kebijakan ini jelas akan memukul keras para driver ojol yang mayoritas mengandalkan Pertalite untuk operasional harian mereka. Ancaman kenaikan biaya operasional ini dikhawatirkan akan semakin menekan pendapatan yang sudah minim dan membuat mereka semakin kesulitan memenuhi kebutuhan hidup.