Palembang – Inflasi di Sumatera Selatan (Sumsel) pada April 2025 mencapai 1,39 persen (month to month) dan 2,15 persen (year on year), menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel. Kepala BPS Sumsel, Mohammad Wahyu Yulianto, menjelaskan lonjakan harga listrik dan emas perhiasan menjadi penyebab utama.
"Kenaikan tarif listrik dan harga emas perhiasan ini bukan hanya berdampak di Sumsel, tetapi juga secara nasional," ujar Wahyu pada Jumat (2/5/2025). Ia menambahkan bahwa kedua komoditas ini berkontribusi sebesar 1,1 persen terhadap inflasi, sementara faktor lain hanya menyumbang 0,29 persen. "Kedua komoditas ini di luar kendali kita karena pengaruhnya bersifat nasional," tambahnya.

Wahyu membandingkan dengan inflasi bulan-bulan sebelumnya yang didorong oleh kenaikan harga cabai merah, bawang merah, dan tomat. "Namun, dampak kenaikan tarif listrik dan emas perhiasan jauh lebih signifikan, bahkan masing-masing menyumbang hingga 0,8 persen," tegasnya.
Secara keseluruhan, inflasi year on year Sumsel pada April 2025 mencapai 2,74 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 109,31. Inflasi tertinggi tercatat di Kabupaten Muara Enim (4,04 persen, IHK 111,43), sementara terendah di Kota Lubuklinggau (2,22 persen, IHK 107,52).
Meskipun terjadi penurunan harga ayam potong yang berdampak positif pada deflasi, efeknya tidak cukup untuk mengimbangi kenaikan harga listrik dan emas. "Penurunan harga ayam potong memang tercatat dalam Nilai Tukar Petani (NTP) karena melimpahnya stok di tingkat petani. Hal ini berdampak pada harga pasar dan menyebabkan deflasi, tetapi tetap kalah signifikan dengan inflasi dari dua komoditas utama tersebut," pungkas Wahyu.