Laporan dari Cerita.co.id menyebutkan bahwa harga emas (XAU/USD) dibuka dengan kenaikan tipis di sekitar $2.625 pada awal sesi Asia Kamis (2/1), setelah dua hari mengalami tekanan dalam perdagangan yang cenderung lesu. Kenaikan harga emas sepanjang tahun ini terbilang signifikan, mencapai 27%, menjadikannya kinerja tahunan terbaik sejak 2010. Hal ini didorong oleh beberapa faktor utama, antara lain pembelian emas dalam jumlah besar oleh bank sentral dunia, meningkatnya ketegangan geopolitik, dan kebijakan moneter longgar dari bank-bank sentral utama.
Andy Nugraha, analis dari Dupoin Indonesia, menilai tren kenaikan harga emas semakin kuat, berdasarkan pola candlestick dan indikator Moving Average. Ia memprediksi harga emas berpotensi mencapai $2.650. Namun, jika terjadi pembalikan tren, penurunan terdekat diperkirakan hingga level $2.609. Analisis teknikal ini menjadi acuan penting dalam memprediksi pergerakan harga emas hari ini.

Ketidakpastian geopolitik tetap menjadi pendorong utama permintaan emas. Konflik Rusia-Ukraina yang berkelanjutan, ketegangan di Timur Tengah, dan ketidakpastian kebijakan pemerintahan sebelumnya menjadi katalis positif bagi logam mulia ini. Sentimen safe-haven juga meningkat di tengah kekhawatiran akan potensi konflik perdagangan akibat kebijakan tarif dan perdagangan yang lebih agresif.
Di sisi lain, sikap Federal Reserve (The Fed) yang lebih hati-hati terhadap penurunan suku bunga selanjutnya memberikan tekanan pada harga emas. Pernyataan terbaru Ketua The Fed, Jerome Powell, menunjukkan pendekatan yang lebih waspada terhadap kebijakan moneter, terutama setelah penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember lalu. Hal ini diperkirakan akan menguatkan dolar AS, yang pada gilirannya dapat membatasi kenaikan harga emas.
Namun, peningkatan permintaan emas dari bank sentral global memberikan dukungan kuat terhadap harga emas. Survei World Gold Council menunjukkan bahwa bank sentral besar diperkirakan akan terus membeli emas dalam jumlah signifikan selama 12 bulan ke depan untuk diversifikasi cadangan devisa mereka, sehingga turut mendukung kenaikan harga emas.
Data ekonomi AS juga menjadi perhatian pelaku pasar. Rilis data Klaim Pengangguran Awal mingguan pada hari Kamis dan Indeks Manajer Pembelian (IMP) Manufaktur S&P Global AS pada hari Jumat akan memberikan gambaran lebih lanjut tentang prospek ekonomi AS. Pelemahan data tenaga kerja berpotensi mendukung harga emas sebagai aset safe-haven.
Secara keseluruhan, harga emas masih berpotensi melanjutkan tren kenaikannya, didukung oleh faktor fundamental dan teknikal. Ketidakpastian geopolitik, permintaan dari bank sentral, dan sentimen penghindaran risiko tetap menjadi pendorong utama pergerakan harga emas.
Berita ini juga terbit di: www.vritimes.com/id