Desakan dari netizen Indonesia untuk mencabut beasiswa Erina Gudono, istri Kaesang Pangarep, telah menarik perhatian media asing. Surat kabar mahasiswa Universitas Pennsylvania, The Daily Pennsylvanian, hingga media di Cina, South China Morning Post (SCMP), mengulas tuntutan tersebut.
Permintaan pencabutan beasiswa ini muncul di tengah kekecewaan publik terhadap penggunaan jet pribadi Kaesang dan Erina yang dianggap mewah dan tidak sensitif terhadap kondisi sosial politik Indonesia.
“Beberapa warga Indonesia buka suara di media sosial, termasuk di X/Twitter dan Instagram, terkait penerimaan beasiswa ini karena latar belakang Erina yang istimewa membuatnya tidak layak menerima beasiswa ini,” tulis The Daily Pennsylvanian.
Erina sendiri mendapatkan beasiswa program nonprofit leadership (NPL) di University of Pennsylvania School of Social Policy & Practice (SP2). Ia sempat mengunggah momen penerimaan beasiswa tersebut di akun Instagram pribadinya.
Patricia Kusumaningtyas, seorang lulusan Columbia University, mengungkapkan kepada The Daily Pennsylvanian bahwa kemarahan publik bermula dari gaya hidup mewah Erina yang ditampilkan di media sosial, di tengah kerusuhan dan protes politik di Indonesia pada Agustus lalu.
“Patricia mendorong Penn untuk selanjutnya mempertimbangkan pendaftar yang ikut serta mengganggu isu hak asasi manusia dan demokrasi di negara sendiri,” tulis The Daily Pennsylvanian.
SCMP juga menyorot desakan pencabutan beasiswa Erina dalam artikel berjudul “Indonesians urge University of Pennsylvania to revoke scholarship for Jokowi’s daughter-in-law”. Artikel tersebut mengungkap bahwa sejumlah pengguna media sosial Indonesia menuding Erina memanfaatkan koneksi politiknya untuk mendapatkan beasiswa tersebut.
Desakan ini muncul setelah Kaesang dan Erina menggunakan jet pribadi untuk berlibur ke Amerika Serikat. Di sana, Erina kerap mengunggah kesehariannya yang mewah, termasuk momen membeli roti seharga Rp 400 ribu.
Unggahan tersebut dianggap tidak peka terhadap situasi di Indonesia, di mana demonstrasi besar tengah berlangsung akibat tindakan pemerintah dan DPR yang mengabaikan putusan Mahkamah Konstitusi. Salah satu putusan MK yang diabaikan adalah mengenai batas usia calon gubernur dan bupati/walikota.
Patricia Kusumaningtyas, dalam wawancara dengan The Daily Pennsylvanian, mengungkapkan kekecewaan terhadap sikap Erina yang dianggap tidak sensitif terhadap kondisi sosial politik di Indonesia. “Ada banyak sekali unjuk rasa, semua teman saya turun ke jalanan dan terkena gas air mata. Tidak adil kalau pemerintahan Jokowi terus melakukan penindasan dan Erina masih tetap tidak bisa membaca situasi alias tone deaf,” ujar Patricia.