Akuntan 64 Tahun Berjuang Cari Kerja: Ratusan Lamaran Ditolak, Bangun Pagi Buta Jadi Rutinitas

Jakarta, Lahatsatu.com – Matthew English, seorang akuntan berusia 64 tahun asal Alabama, Amerika Serikat, tengah menghadapi perjuangan berat dalam mencari pekerjaan. Sejak Oktober 2024, ia

Agus sujarwo

Akuntan 64 Tahun Berjuang Cari Kerja: Ratusan Lamaran Ditolak, Bangun Pagi Buta Jadi Rutinitas

Jakarta, Lahatsatu.com – Matthew English, seorang akuntan berusia 64 tahun asal Alabama, Amerika Serikat, tengah menghadapi perjuangan berat dalam mencari pekerjaan. Sejak Oktober 2024, ia telah mengirimkan ratusan lamaran kerja dan mengikuti berbagai wawancara, namun belum membuahkan hasil.

Demi mendapatkan pekerjaan, Matthew rela bangun jam 3 pagi setiap hari. Ia memanfaatkan waktu tersebut untuk mencari lowongan, menyusun strategi baru, dan mengirimkan email tindak lanjut setelah wawancara. Rutinitas ini menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya.

Akuntan 64 Tahun Berjuang Cari Kerja: Ratusan Lamaran Ditolak, Bangun Pagi Buta Jadi Rutinitas
Gambar Istimewa : akcdn.detik.net.id

Kondisi ini berdampak pada kondisi finansialnya. Tabungannya terus terkuras untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. "Tahun lalu, saya tidak bisa memberikan hadiah Natal seperti biasanya dan terpaksa mengurangi sumbangan amal," ungkap Matthew.

Awalnya, Matthew hanya melamar posisi yang sesuai dengan pengalamannya di bidang akuntansi. Namun, karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan, ia mulai membuka diri pada berbagai peluang, termasuk pekerjaan lepas dan pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian khusus. Bahkan, ia sempat melamar menjadi maskot sapi di sebuah restoran.

Matthew menduga, usia menjadi faktor utama penolakan. "Mungkin CV saya disukai, tetapi ketika mereka melihat uban, kepala botak, dan kerutan, itu memberi kesan tertentu," ujarnya.

Meski demikian, Matthew tidak menyerah. Ia terus mencoba berbagai strategi, mulai dari membuat jadwal melamar yang konsisten, menyesuaikan CV dengan posisi yang dilamar, hingga aktif di LinkedIn dan memanfaatkan jaringan profesionalnya. Ia juga menggunakan ChatGPT untuk mencari lowongan dan informasi perusahaan.

Salah satu hal yang membuatnya frustrasi adalah lamanya waktu menunggu kabar dari perusahaan. Ia pernah mengikuti wawancara tatap muka dan mengirimkan email ucapan terima kasih, namun baru dua bulan kemudian mendapat kabar bahwa posisi tersebut sudah terisi.

Baru-baru ini, Matthew mendapatkan pekerjaan kontrak tiga hari seminggu sebagai akuntan dengan gaji 28 dolar AS per jam. Namun, ia masih membutuhkan pekerjaan penuh waktu untuk mengatasi beban keuangan yang menumpuk.

Matthew menilai, pengalamannya ini menunjukkan bahwa sistem perekrutan saat ini bermasalah. Ia merasa bukan satu-satunya yang mengalami kesulitan ini. Menurutnya, sistem ini perlu diperbaiki agar proses mencari kerja tidak menjadi siksaan bagi para pencari kerja yang serius dan berdedikasi.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Klik Laporkan. Terima Kasih
Laporkan

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar

ads cianews.co.id banner 1