Fitur AI Summary terbaru Google, yang mampu merangkum informasi secara otomatis, menuai sorotan dari Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo), Nezar Patria. Kekhawatiran utama tertuju pada transparansi penggunaan data dan implikasinya terhadap hak cipta.
Diluncurkan secara eksperimental pada 5 Maret lalu, fitur yang tersedia bagi pelanggan Google One AI Premium ini menggantikan tautan biru pada hasil pencarian dengan ringkasan yang dihasilkan AI. Meskipun Google telah menambahkan label "dibuat oleh AI", Wamenkominfo menilai hal ini belum cukup.

"Ini masuk ranah hak cipta," tegas Nezar saat ditemui di kantornya Senin (10/3). Ia menjelaskan, pemerintah tengah mendiskusikan bagaimana pengaturan penggunaan data individu dan lembaga yang diolah oleh AI. Nezar menambahkan, ini bukan hanya masalah Indonesia, melainkan perhatian global yang tengah mencari solusi.
Prinsip etika AI, menurut Kominfo, menuntut transparansi dan akuntabilitas. AI, ujar Nezar, harus mencantumkan sumber data yang digunakan dalam proses pelatihan machine learning agar hasil yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan. Meskipun label "dibuat oleh AI" dianggap efektif untuk membedakan konten buatan manusia dan AI, pencantuman sumber data asli tetap krusial.
"Secara prinsip, menghormati hak cipta itu penting, tetapi bagaimana implementasinya masih dalam tahap diskusi," pungkas Nezar. Pemerintah pun akan terus berupaya mencari titik temu yang dapat menyeimbangkan inovasi teknologi dengan perlindungan hak cipta.