Konflik antara Israel dan Hizbullah di Lebanon semakin memanas, membuat TNI bersiap untuk mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) di negara tersebut.
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal TNI Hariyanto menyatakan bahwa TNI telah menyiapkan rencana kontingensi dan evakuasi untuk situasi darurat. Personel TNI yang bertugas bersama Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) akan membantu proses evakuasi. Namun, evakuasi perlu mendapatkan izin dari pimpinan UNIFIL, Letnan Jenderal Aroldo Azà ro dari Angkatan Bersenjata Spanyol. "Evakuasi pengungsi yang berada di dekat perbatasan Israel harus seizin Force Commander UNIFIL," ujar Hariyanto.
Markas Besar TNI dan Kementerian Luar Negeri telah menggelar rapat membahas situasi Lebanon dan rencana evakuasi WNI. Kemenlu mencatat saat ini ada 155 WNI yang tinggal di Lebanon, mayoritas adalah mahasiswa dan mereka yang menikah dengan warga Lebanon.
Israel menolak usulan gencatan senjata dengan Hizbullah yang diajukan oleh Amerika Serikat (AS) dan Prancis dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB. Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa negaranya akan terus melancarkan operasi militer darat ke wilayah perbatasan Lebanon. "Kami akan terus berperang melawan organisasi teroris Hizbullah dengan segenap kekuatan kami hingga meraih kemenangan dan memastikan kembalinya penduduk utara ke rumah mereka dengan aman," tegas Katz.
Pernyataan Katz dan rangkaian serangan udara Israel ke Lebanon memupuskan harapan akan penyelesaian damai konflik. Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, sebelumnya menyatakan bahwa gencatan senjata dapat segera tercapai. Mikati menyambut positif seruan untuk gencatan senjata dari AS dan Prancis, namun ia mengatakan kunci keberhasilan damai sementara tergantung pada komitmen Israel. Ketika ditanya apakah gencatan senjata dapat segera dicapai, Mikati mengatakan kepada Reuters, "Semoga."