Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berencana memblokir aplikasi Temu di App Store dan Google Play Store. Alasannya? Aplikasi e-commerce asal Cina ini dinilai berpotensi menghancurkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia.
"Akan kami larang. Aplikasi ini bisa menghancurkan UMKM jika dibiarkan masuk," tegas Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi di Kantor Kominfo, Jakarta, Kamis (3/10).
Kominfo melihat Temu sebagai ancaman serius bagi ekosistem UMKM Indonesia. Sektor ini memiliki peran penting dalam perekonomian nasional, berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan penyerapan tenaga kerja.
Temu sendiri telah tiga kali mengajukan pendaftaran merek dagang ke Kementerian Hukum dan HAM Indonesia, namun ditolak. Alasannya, sudah ada merek serupa yang beroperasi di Indonesia.
"Ini terus dibanding," ujar Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Fiki Satari.
Selain itu, model bisnis Temu yang menerapkan sistem manufacture to customer (MtoC) juga dinilai tidak sesuai dengan regulasi di Indonesia.
"Itu tidak bisa berlaku di Indonesia. Mereka akan terganjal peraturan pemerintah, ada PP Nomor 29 Tahun 2021 mengenai distribusi. Produsen tidak bisa langsung masuk ke konsumen," jelas Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Isy Karim.
Temu sendiri telah merambah pasar Thailand, Malaysia, dan Filipina. Aplikasi ini menawarkan berbagai macam barang lintas-negara dengan harga murah dan gratis ongkir.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan bahwa Temu memasok produk kebutuhan sehari-hari langsung dari 25 pabrik di Cina ke konsumen. Hal ini menghilangkan peran reseller, affiliator, dan distributor, sehingga harga produknya lebih murah.
"Ini sudah masuk beberapa negara ASEAN. Saya sudah sampaikan ke Presiden Jokowi, ini jangan sampai masuk ke Indonesia. Kalau masuk, UMKM tidak bisa bersaing. Kalau produksi lumpuh, pengangguran meningkat, daya beli turun," tegas Teten.
Temu memiliki modal yang besar, mencapai US$ 31,9 miliar, tiga kali lipat dibandingkan Shopee (US$ 10,3 miliar) dan Tokopedia (US$ 1,7 miliar). Hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat Kominfo khawatir dengan potensi dominasi Temu di pasar Indonesia.