Palembang – Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Karantina) Sumatera Selatan berhasil membuka peluang ekspor bagi produk unggulan daerah. Baru-baru ini, mereka memfasilitasi pengiriman sampel serat kulit nanas dari Prabumulih menuju Spanyol. Langkah ini dinilai penting untuk mendorong hilirisasi nanas dan membuka akses pasar global yang lebih luas.
Kepala Karantina Sumsel, Kostan Manalu, menyatakan bahwa pihaknya memastikan kualitas dan kesehatan sampel serat nanas sebelum dikirim. "Ini adalah langkah strategis untuk membuka jalan ekspor serat kulit nanas Prabumulih ke pasar internasional," tegas Manalu dalam keterangan resmi.

Potensi serat nanas Prabumulih di pasar global, khususnya untuk industri tekstil dan kerajinan, sangat besar. Pengiriman sampel ke Spanyol diharapkan menjadi batu loncatan menuju ekspor skala besar di masa mendatang. Manalu berharap ekspor langsung dari Sumatera Selatan dapat berkelanjutan, memberikan dampak positif bagi perekonomian petani dan pengusaha lokal di Prabumulih, serta berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Sebelumnya, ekspor serat nanas masih melalui Jakarta karena kendala pemahaman prosedur ekspor oleh para pelaku usaha. Namun, berkat bimbingan intensif dari Balai Karantina Sumsel, para eksportir kini telah memahami prosedur dan mampu melakukan ekspor langsung dari Sumatera Selatan. Proses pemeriksaan pun dilakukan secara menyeluruh, mulai dari verifikasi dokumen hingga pemeriksaan fisik produk.
Data Reputasi ID menunjukkan Sumatera Selatan sebagai salah satu sentra produksi nanas terbesar di Indonesia, menghasilkan 477,43 ribu ton pada tahun 2023. Meskipun berada di posisi kedua setelah Lampung (722,85 ribu ton), potensi pengembangan industri hilir nanas di Sumsel sangat menjanjikan. Sukses ekspor serat nanas ini diharapkan dapat menginspirasi pengembangan produk turunan nanas lainnya dan meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian daerah.