Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengecam keras serangan Israel ke Lebanon dan mendesak Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk segera bertindak. Retno menegaskan bahwa PBB, terutama negara-negara pemegang hak veto, harus mengambil langkah tegas untuk menghentikan kekejaman Israel.
"Bola ada di Dewan Keamanan PBB, terutama pemegang hak veto, mereka bisa menghasilkan keputusan yang menghentikan kekejaman Israel," tegas Retno di sela-sela acara High Level Week Sidang Majelis Umum PBB ke-79 di New York, Amerika Serikat, Sabtu (28/9).

Retno juga menyampaikan keprihatinan mendalam atas situasi di Lebanon dan mendesak agar negara itu tidak menjadi "Gaza baru" setelah serangan Israel. "Jangan sampai yang terjadi di Lebanon, Tepi Barat, dan Gaza menjadi sebuah kenormalan baru. Kita harus setop semuanya ini. Apa yang terjadi di Lebanon membuat kita semakin kuat untuk menyelesaikannya di gedung ini," tegasnya.
Serangan Israel terhadap Lebanon juga menjadi perhatian khusus bagi Indonesia, mengingat keberadaan pasukan perdamaian United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) yang berasal dari Tanah Air. Indonesia memiliki kontribusi pasukan terbesar di UNIFIL, sekitar 1.200 orang, yang bertugas untuk memulihkan situasi konflik di wilayah perbatasan Israel dan Lebanon.
Retno juga menanggapi kabar meninggalnya pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, akibat serangan udara Israel. Ia menyatakan bahwa Indonesia sedang melakukan koordinasi dengan beberapa Menteri Luar Negeri Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) terkait situasi ini. "Sudah kita sebutkan melalui juru bicara yakni Menlu Saudi dan Yordania, bahwa saat kita ada di gedung ini, di saat yang sama tensi dan konflik meningkat di Lebanon," ujar Retno.
Serangan udara Israel di Lebanon telah menewaskan 33 orang dan melukai 195 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon. Pesawat tempur Israel melancarkan serangan di pinggiran selatan Beirut, menargetkan Chyah, Borj al-Barajneh, Lylaki, dan beberapa kota di selatan.
Konflik antara Israel dan Hizbullah telah berlangsung sejak Oktober lalu, menewaskan 1.640 orang, termasuk 104 anak-anak dan 194 perempuan, serta melukai 8.408 orang. Serangan udara besar-besaran Israel baru-baru ini juga menewaskan Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah.