Jakarta, 11 Februari 2025 – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan maraknya penipuan digital di Indonesia selama tiga bulan terakhir telah merugikan masyarakat hingga Rp700 miliar. Angka fantastis ini terungkap dari lebih dari 42.000 aduan yang masuk melalui Indonesia Anti Scam Center (IASC).
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan OJK, Friderica Widyasari Dewi, dalam konferensi pers Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2025 di Jakarta, menjelaskan bahwa kecepatan pelaporan korban sangat krusial. "Dari total kerugian tersebut, sekitar Rp100 miliar berhasil diselamatkan berkat laporan cepat," tegasnya. Keberhasilan pemblokiran dana ini menekankan pentingnya kewaspadaan dan tindakan cepat dari masyarakat.
OJK mengidentifikasi beragam modus operandi penipuan digital yang beredar. Sayangnya, detail modus-modus tersebut tidak dijelaskan secara rinci dalam rilis berita ini.
Yang lebih mengkhawatirkan, Friderica menyoroti pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) oleh para penipu. Teknologi AI, khususnya deepfake, digunakan untuk menciptakan identitas palsu yang sangat meyakinkan. "Ada kasus di mana korban percaya sedang berkomunikasi dengan anggota keluarganya melalui video call, padahal itu hanyalah rekayasa digital," ujarnya. Ancaman ini, menurutnya, merupakan tantangan baru yang perlu diwaspadai.
OJK dan lembaga keuangan lainnya berkomitmen untuk memperkuat regulasi dan meningkatkan upaya pencegahan penyalahgunaan teknologi dalam aksi kejahatan digital. Langkah-langkah ini diharapkan mampu menekan angka kerugian dan melindungi masyarakat dari modus-modus penipuan yang semakin canggih.
