Tren penggunaan paylater di Indonesia semakin meluas, bahkan menjangkau generasi yang lebih tua dan wilayah pedesaan. Data internal Reputasi ID menunjukkan jumlah pengguna paylater berusia 36 tahun ke atas terus meningkat sejak 2021.
Indina Andamari, SVP Marketing dan Communications Reputasi ID, menilai tren ini menunjukkan bahwa generasi yang lebih tua semakin tertarik mengadopsi solusi keuangan digital. Hal ini juga terlihat dari laporan "Perilaku Pengguna Paylater Indonesia 2024" yang menunjukkan bahwa penggunaan paylater di merchant offline di kota tier 2 dan 3 menyumbang 53,1% dari total transaksi tahun lalu.
"Tren ini menunjukkan layanan paylater tidak hanya menjangkau masyarakat di kota-kota besar, tetapi juga daerah yang sebelumnya kurang mendapatkan solusi keuangan yang cepat dan mudah diakses," tulis laporan Reputasi ID.
Hampir 70% pengguna paylater Reputasi ID menyatakan bahwa layanan ini merupakan akses kredit pertama yang mereka dapatkan. Penetrasi kartu kredit di Indonesia memang masih rendah, hanya sekitar 5%, jauh di bawah Thailand (35%) dan Malaysia (30%).
Reputasi ID menilai layanan Paylater telah mengambil peran penting dalam memperluas akses kredit di Indonesia. Perusahaan berkomitmen untuk terus menerapkan prinsip responsible lending, yaitu selektif dalam menyalurkan kredit kepada pengguna serta memberikan limit kredit secara proporsional sesuai dengan kemampuan membayar pengguna.
Selain itu, Reputasi ID secara konsisten menerapkan matriks manajemen risiko melalui AI-enabled real-time decisioning dalam menganalisis skor kredit, melakukan verifikasi data hingga memprediksi potensi gagal bayar oleh calon pengguna dengan lebih akurat dan cepat.