Jakarta – Memanasnya tensi geopolitik antara Israel dan Iran turut memberikan dampak terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Eskalasi konflik yang dimulai pada Jumat (16/6/2025) dengan serangan Israel ke Teheran, Iran, memicu volatilitas di pasar modal.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, mengakui bahwa gejolak geopolitik global, termasuk konflik terbaru ini, dapat memengaruhi pasar saham domestik. Pengalaman sebelumnya menunjukkan dampak serupa saat ketegangan antara Rusia dan Ukraina meningkat.

"Gejolak geopolitik global sudah terjadi sejak perang Rusia-Ukraina. Untuk kondisi geopolitik terkini tentu kita harapkan dampaknya juga terbatas pada pasar kita," ujar Jeffrey saat dihubungi Lahatsatu.
Pada hari Jumat lalu, IHSG sempat melemah 0,53% ke level 7.166,06 dengan nilai transaksi mencapai Rp 15,21 triliun. Meskipun demikian, tercatat net foreign buy sebesar Rp 478,76 miliar pada hari yang sama. Secara keseluruhan, dalam periode 9-13 Juni 2025, IHSG mengalami penurunan sebesar 0,74% dari 7.113,425.
Pada penutupan perdagangan hari ini, IHSG kembali terkoreksi sebesar 0,68% ke level 7.117,59 dengan volume transaksi mencapai 24,62 miliar saham senilai Rp 14,97 triliun.
Analis dari Pilarmas Investindo Sekuritas mencatat bahwa bursa saham Asia menunjukkan pergerakan yang bervariasi akibat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Beberapa bursa seperti Nikkei 225 Index (Tokyo), Hang Seng Index (Hong Kong), dan Shanghai Composite Index (Shanghai) mencatatkan penguatan, sementara Straits Times Index (Singapura) mengalami pelemahan.
"Bursa Asia bergerak mixed karena investor tetap fokus pada meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, di mana konflik antara Israel dan Iran memasuki hari keempat," tulis analisis pasar Pilarmas. Para pelaku pasar tampaknya masih mencermati perkembangan situasi geopolitik dan dampaknya terhadap sentimen investasi global.