Jakarta – Instagram, platform media sosial milik Meta, terus memperkuat upaya perlindungan remaja dari kejahatan seksual online. Langkah ini dilakukan dengan menerapkan tiga strategi utama: peningkatan fitur privasi, keterlibatan orang tua, dan sistem notifikasi khusus.
"Ada sistem perlindungan terintegrasi yang bekerja di belakang layar, tak terlihat oleh banyak pengguna, namun sangat krusial untuk melindungi remaja," jelas Dessy Sukendar, Manajer Program Kebijakan Meta Indonesia, Selasa (10/12). Ia menekankan bahaya sekstorsi yang semakin marak menyasar anak dan remaja, di mana pelaku memanfaatkan konten intim korban untuk mendapatkan keuntungan finansial dengan ancaman penyebaran.

Untuk menanggulangi ancaman tersebut, Instagram menerapkan sejumlah fitur khusus, antara lain:
-
Pembatasan Konten Sensitif: Pengguna di bawah 16 tahun hanya memiliki satu pilihan pengaturan konten sensitif, yaitu "less". Pengaturan ini jauh lebih ketat dibandingkan pengaturan standar pengguna dewasa, dan tidak dapat diubah oleh pengguna di bawah umur.
-
Pembatasan Interaksi dengan Akun Mencurigakan: Instagram secara aktif membatasi interaksi pengguna remaja dengan akun yang terindikasi mencurigakan, guna mencegah pendekatan pelaku kejahatan seksual. Detail mekanisme pembatasan ini belum dijelaskan secara rinci.
Meta menegaskan komitmennya untuk menciptakan lingkungan online yang aman bagi para penggunanya, khususnya remaja. Penerapan fitur-fitur perlindungan ini diharapkan dapat mengurangi risiko kekerasan seksual online dan memberikan rasa aman yang lebih besar bagi pengguna muda Instagram.




