Polemik seputar gelar doktor Menteri ESDM Bahlil Lahadalia kembali mencuat. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Teguh Dartanto, angkat bicara dan menegaskan bahwa Bahlil lulus sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Teguh, yang juga merupakan co-promoter disertasi Bahlil, membantah keras tudingan bahwa Bahlil lulus dengan menggunakan jurnal predator. Ia menjelaskan bahwa Bahlil memang menerbitkan ulang artikelnya di jurnal lain sebagai syarat kelulusan. "Bahlil harus menulis ulang di jurnal lain untuk syarat kelulusan. Tidak benar ia lulus dengan jurnal predator," tegas Teguh.
Bahlil awalnya menerbitkan tulisannya di dua jurnal yang terdaftar di indeksi Scopus, yaitu Migration Letters dan Kurdish Studies. Namun, kedua jurnal tersebut sudah berstatus discontinued dan menjadi jurnal predator saat artikel Bahlil terbit pada Juli 2024.
Sebagai solusi, Bahlil kemudian menerbitkan tulisannya di tiga jurnal lain, yaitu Journal of ASEAN Studies yang terdaftar dalam indeks Scopus, Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan yang terakreditasi Science and Technology Index (SINTA) 2, dan Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen yang terakreditasi SINTA 2.
Teguh juga menyarankan agar Bahlil mengambil S3 riset di Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) UI, bukan di FEB UI. Hal ini dikarenakan Bahlil harus menjalankan tugasnya sebagai menteri. Teguh menilai Bahlil memenuhi syarat mendaftar di SKSG karena telah lulus Magister Ilmu Ekonomi di Universitas Cenderawasih. Bahlil juga telah menempuh empat semester dalam pendidikan S3. "Sesuai Peraturan Rektor No. 26/2022, sehingga layak untuk maju ke tahap promosi," jelas Teguh.
Sementara itu, pihak Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah membantah tudingan plagiarisme yang ditujukan kepada Bahlil. Dugaan plagiarisme muncul karena adanya kesamaan disertasi Bahlil sebesar 95% dengan karya mahasiswa UIN berdasarkan aplikasi Turnitin.
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Maila Dinia Husni Rahiem, menjelaskan bahwa kesamaan tersebut terjadi akibat kesalahan sistem kampus. Dinia mengatakan bahwa dosen UIN telah memeriksa keaslian disertasi Bahlil melalui akun Turnitin kampus. Hasil pemeriksaan menunjukkan kesamaan sebesar 13%, namun dokumen tersebut tidak segera dihapus dan tersimpan dalam repository Turnitin kampus. Saat diperiksa ulang, sistem mendeteksi kesamaan hingga 100%. "Kondisi ini memunculkan kesan yang salah bahwa Menteri Bahlil menjiplak karya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta," ungkap Dinia.
Sebelumnya, UI telah membentuk tim untuk menginvestigasi dugaan komersialisasi doktoral Bahlil di SKSG. Ketua Dewan Guru Besar Universitas Indonesia, Harkristuti Harkrisnowo, menyatakan, "Kalau terbukti bahwa itu diberikan tidak dengan sepatutnya, bisa (dicabut gelarnya). Itu tugas Komite Satu Dewan Guru Besar dan Senat Akademik tadi untuk mengawasi."