Coding di SD: Perlukah?

Rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memasukkan pemrograman (coding) dan kecerdasan buatan (AI) ke kurikulum sekolah dasar (SD) pada tahun ajaran 2025-2026 menuai pro dan

Redaksi

Coding di SD: Perlukah?

Rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memasukkan pemrograman (coding) dan kecerdasan buatan (AI) ke kurikulum sekolah dasar (SD) pada tahun ajaran 2025-2026 menuai pro dan kontra. Mendikbud, Abdul Mu’ti, memperkuat argumennya dengan menyatakan pentingnya bekal ini bagi daya saing generasi muda di era global. Menurutnya, penguasaan coding dan AI akan membantu anak-anak Indonesia menghadapi tantangan teknologi yang berkembang pesat, mencontoh negara maju yang telah lebih dulu mengajarkan teknologi tinggi sejak dini. "Meskipun ada yang memprioritaskan literasi dasar, kami percaya penguasaan teknologi akan mendukung perkembangan literasi dan numerasi anak-anak," tegasnya dalam keterangan pers Jumat lalu. Wakil Mendikbud, Atip Latipulhayat, menambahkan bahwa langkah ini bertujuan agar Indonesia tidak tertinggal dalam penguasaan teknologi, mengingat Amerika Serikat telah memperkenalkan pendidikan teknologi ruang angkasa sejak tahun 1970-an. Ia menekankan bahwa coding dan AI bukan hal menakutkan, melainkan peluang untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi.

Namun, pandangan berbeda datang dari CEO Nvidia, Jensen Huang. Dalam World Government Summit di Dubai awal tahun ini, Huang menyatakan coding bukan lagi keterampilan esensial di era revolusi AI. Menurutnya, AI mampu menangani coding, sehingga manusia bisa fokus pada keahlian lain seperti biologi, pendidikan, manufaktur, atau pertanian. Huang bahkan berpendapat bahwa orang dewasa harus berhenti menekankan pentingnya coding bagi anak-anak. Ia meyakini AI akan "membunuh" coding dengan mengganti bahasa pemrograman dengan perintah bahasa manusia, membuat siapa pun bisa menjadi programmer. "Tugas kita adalah menciptakan teknologi komputasi yang tidak mengharuskan siapa pun untuk membuat program. Bahasa pemrograman adalah manusia," ujarnya. Meski demikian, Huang menekankan pentingnya peningkatan keterampilan, khususnya dalam memahami bagaimana dan kapan menerapkan pemrograman AI.

Coding di SD: Perlukah?
Gambar Istimewa : cdn1.katadata.co.id

Pandangan Huang ini mendapat tanggapan dari analis industri teknologi, Patrick Moorhead. Melalui X (sebelumnya Twitter), Moorhead menyatakan bahwa selama lebih dari 30 tahun, berbagai teknologi diprediksi akan mematikan coding, namun kekurangan programmer tetap menjadi masalah. Pernyataan ini menimbulkan pertanyaan mendalam: apakah rencana Kemendikbud tersebut tepat sasaran dalam mempersiapkan generasi muda Indonesia menghadapi masa depan teknologi? Debat ini akan terus berlanjut, dan dampaknya terhadap kurikulum pendidikan di Indonesia patut dinantikan.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Klik Laporkan. Terima Kasih
Laporkan

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar

ads cianews.co.id banner 1