Jakarta, Lahatsatu.com – China memperketat ekspor mineral tanah jarang dengan memperluas pembatasan terhadap teknologi pemrosesan. Langkah ini semakin mempertegas niat Beijing untuk membatasi ekspor ke industri pertahanan dan semikonduktor negara lain.
Pengumuman dari Kementerian Perdagangan China ini muncul di tengah meningkatnya tensi perdagangan global dan seruan dari anggota parlemen AS untuk melarang ekspor peralatan pembuat chip ke China.

Kebijakan baru ini merupakan kelanjutan dari langkah serupa yang sempat memicu kekhawatiran kelangkaan pasokan global pada April lalu. Meskipun demikian, China kemudian melakukan serangkaian kesepakatan dengan Eropa dan AS untuk meredakan kekhawatiran tersebut.
Analis menilai, kebijakan ekspor ini menjadi alat negosiasi penting bagi China dalam pembicaraan dagang dengan AS. Pengetatan ini juga dilakukan menjelang pertemuan tatap muka antara Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping di Korea Selatan.
"Dari sudut pandang geopolitik, langkah ini meningkatkan posisi tawar Beijing menjelang KTT Trump-Xi akhir bulan ini," kata Tim Zhang, pendiri Edge Research yang berbasis di Singapura.
Sebagai informasi, China saat ini menguasai lebih dari 90% pasokan global mineral tanah jarang dan magnet berbasis rare earth. Unsur-unsur ini sangat krusial untuk berbagai industri, mulai dari kendaraan listrik, mesin pesawat, hingga radar militer.
Pemerintah China juga memperluas aturan ekspor ke perusahaan asing yang menggunakan peralatan atau bahan tanah jarang asal China, meniru kebijakan AS yang membatasi ekspor produk terkait semikonduktor.
Pembatasan terhadap ekspor teknologi pembuatan magnet rare earth juga akan diperluas ke lebih banyak jenis magnet, termasuk komponen dan rakitan yang mengandung bahan tersebut. Selain itu, peralatan daur ulang mineral tanah jarang kini wajib memiliki izin ekspor, menambah daftar panjang teknologi pemrosesan yang dibatasi.
Aturan baru dengan cakupan lintas batas ini akan mulai berlaku pada 1 Desember, sementara sebagian kebijakan lainnya langsung diterapkan. Reaksi pasar pun terlihat positif, dengan saham perusahaan tanah jarang China seperti China Northern Rare Earth Group dan Shenghe Resources melonjak masing-masing 8,3% dan 6,3% menyusul pengumuman tersebut.