Bitcoin di Tahun 2025: Akankah Menjadi Aset yang Terjangkau untuk Semua?

Artikel ini membahas proyeksi kepemilikan Bitcoin di tahun 2025. Menurut laporan terbaru dari River, sebuah perusahaan jasa keuangan Bitcoin, hanya 4% populasi dunia diperkirakan akan

Redaksi

Bitcoin di Tahun 2025: Akankah Menjadi Aset yang Terjangkau untuk Semua?

Artikel ini membahas proyeksi kepemilikan Bitcoin di tahun 2025. Menurut laporan terbaru dari River, sebuah perusahaan jasa keuangan Bitcoin, hanya 4% populasi dunia diperkirakan akan memiliki Bitcoin pada tahun tersebut. Meskipun Cerita.co.id telah melaporkan lonjakan popularitas Bitcoin sejak kemunculannya lebih dari satu dekade lalu, angka ini menunjukkan adopsi yang masih terbatas. Lalu, apa saja faktor yang menyebabkan hal ini?

Perjalanan Bitcoin dimulai pada tahun 2008 ketika Satoshi Nakamoto memperkenalkan mata uang digital terdesentralisasi ini sebagai alternatif sistem keuangan tradisional. Transaksi pertama terjadi pada 2009, dan sejak saat itu, Bitcoin mengalami fluktuasi harga yang signifikan, dengan periode kenaikan dan penurunan yang drastis. Hal ini turut memengaruhi persebaran kepemilikannya.

Bitcoin di Tahun 2025: Akankah Menjadi Aset yang Terjangkau untuk Semua?
Gambar Istimewa : gamerku.com

Tingkat kepemilikan Bitcoin sangat bervariasi secara global. Amerika Utara, khususnya AS, memiliki tingkat adopsi tertinggi (sekitar 14%), sementara Afrika tercatat paling rendah (1,6%). Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk regulasi yang lebih mendukung di negara maju dan aksesibilitas infrastruktur digital yang lebih baik. Negara berkembang menghadapi hambatan yang lebih besar, seperti infrastruktur digital yang kurang memadai dan regulasi yang belum jelas.

River memperkirakan Bitcoin baru mencapai sekitar 3% dari potensi adopsi maksimumnya. Beberapa tantangan utama yang menghambat adopsi massal meliputi:

  1. Infrastruktur Digital dan Regulasi: Keterbatasan akses internet dan kurangnya regulasi yang jelas di banyak negara berkembang menghambat adopsi Bitcoin.

  2. Kurangnya Edukasi: Masyarakat masih banyak yang kurang memahami Bitcoin, sehingga menimbulkan keraguan dan kekhawatiran.

  3. Volatilitas Harga: Fluktuasi harga Bitcoin yang tinggi membuat banyak orang enggan menggunakannya sebagai alat pembayaran atau investasi jangka panjang.

Untuk mendorong adopsi yang lebih luas, perlu dilakukan beberapa upaya, antara lain meningkatkan edukasi finansial, mengembangkan infrastruktur digital, dan menciptakan regulasi yang lebih jelas dan mendukung.

Meskipun potensi Bitcoin sangat besar, adopsi global masih menghadapi berbagai tantangan. Namun, dengan dukungan dari institusi keuangan, perkembangan teknologi blockchain, dan peningkatan edukasi, Bitcoin tetap berpotensi menjadi aset penting di masa depan.

Berita ini juga terbit di: www.vritimes.com/id

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Klik Laporkan. Terima Kasih
Laporkan

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar

ads cianews.co.id banner 1