Meskipun hampir setengah masyarakat desa mengakui internet membantu promosi dan aksesibilitas destinasi wisata, survei terbaru menunjukkan akses internet belum memberikan dampak signifikan terhadap pendapatan pelaku bisnis pariwisata di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo mengungkapkan bahwa 48,3% masyarakat di daerah 3T menyatakan internet membantu meningkatkan promosi dan aksesibilitas destinasi wisata. Namun, 54,2% responden juga menyatakan tidak ada peningkatan ekonomi yang signifikan meskipun akses internet sudah tersedia.
"Meskipun internet membantu promosi, banyak tantangan dalam memanfaatkannya secara optimal untuk sektor pariwisata," ujar salah satu narasumber dari survei.
Lebih lanjut, survei juga menunjukkan bahwa penggunaan internet sebagai sarana pengumpulan umpan balik dari wisatawan masih rendah. Sebanyak 68,3% perangkat desa belum mengadopsi metode tertentu untuk mengumpulkan umpan balik secara daring.
"Hanya sekitar 21,6% perangkat desa yang mengumpulkan umpan balik secara daring melalui media sosial, survei daring, atau peta online," tambah narasumber.
Pemerintah daerah juga belum maksimal memanfaatkan internet dalam mempromosikan pariwisata. Hanya 31,3% pemerintah desa yang menggunakan media sosial untuk promosi, sementara 30,1% belum memanfaatkan internet untuk promosi wisata.
Survei ini dilakukan pada Juli hingga September 2024 di 64 kabupaten daerah 3T dengan total 1.950 responden. Data ini menunjukkan bahwa meskipun akses internet semakin meluas di daerah 3T, pemanfaatannya untuk meningkatkan pendapatan sektor pariwisata masih perlu ditingkatkan.