Jakarta – Kabar rencana merger Grab dan GoTo Gojek Tokopedia yang ditargetkan rampung tahun ini tengah menjadi sorotan. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) pun angkat bicara. "Saat ini kami belum bisa berkomentar banyak karena belum ada informasi resmi terkait rencana transaksi tersebut. Kami terus memantau perkembangannya," ujar Kepala Biro Humas KPPU, Deswin Nur, Selasa (4/2).
Rumor merger kedua raksasa teknologi ini sebenarnya bukan hal baru. Pembicaraan pernah mengemuka pada awal 2024 dan 2020 lalu. Namun, isu ini kembali mencuat, didorong oleh keinginan kedua perusahaan untuk mengakhiri kerugian yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Sumber dari Bloomberg menyebutkan bahwa diskusi merger semakin intensif beberapa pekan terakhir, dengan target kesepakatan di tahun 2025. Kedua perusahaan dikabarkan mengincar pengurangan biaya dan tekanan persaingan di pasar dengan lebih dari 650 juta konsumen.
Lahatsatu telah mengkonfirmasi kabar ini kepada GoTo, namun belum mendapat tanggapan. Sementara itu, Grab memilih untuk tidak berkomentar.
Sebelumnya, pada Februari 2024, Deswin telah menyoroti potensi konsentrasi pasar yang tinggi jika merger terjadi. Pasal 28 Undang-Undang Persaingan Usaha melarang merger dan akuisisi yang berpotensi menciptakan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Namun, hal tersebut perlu dibuktikan melalui proses penilaian di KPPU.
Kekhawatiran akan monopoli atau oligopoli juga diungkapkan oleh beberapa pakar ekonomi. Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti, pada Februari 2024, menyarankan pemerintah untuk menetapkan batas atas harga atau mendorong pertumbuhan perusahaan lain di sektor tersebut. Senada dengan itu, Direktur Ekonomi Digital dan Ekonom CELIOS, Nailul Huda, menilai merger ini berpotensi menciptakan pemain dominan tunggal mengingat pangsa pasar Gojek dan Grab yang besar, di atas 80%. Ia khawatir hal ini akan merugikan konsumen karena kedua perusahaan dapat menjadi penentu harga. Nailul juga memprediksi perusahaan lain seperti Maxim dan inDrive akan kesulitan bersaing, terutama dalam hal strategi "bakar uang" yang selama ini menjadi senjata utama Gojek dan Grab.