Persaingan di sektor ojek online (ojol) Indonesia semakin ramai. Tidak hanya perusahaan besar yang berlomba-lomba menguasai pasar, kini dua organisasi masyarakat (ormas) Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, juga turut meramaikannya lewat platform ojol masing-masing.
NU, melalui NUjek, telah lebih dulu hadir sejak 17 Agustus 2018. Gagasan yang digagas oleh alumni Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini, Pasuruan, Jawa Timur, Mochammad Ghozali ini, bertekad untuk memberdayakan ekonomi umat dengan jargon "Dari Santri untuk Negeri dan Berdayakan Ekonomi Umat". Saat ini, NUjek yang dikelola oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tengah mengembangkan fitur baru bernama nu-STAY, meskipun detail layanannya belum dipublikasikan.
Sementara itu, Muhammadiyah, melalui sayap usahanya, Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU), mengoperasikan Zendo. Platform ini telah beroperasi lebih lama, sejak tahun 2015, dan kini telah menjangkau lebih dari 70 kota di Indonesia. Zendo menawarkan layanan transportasi dan berbagai kebutuhan harian, yang dapat diakses melalui aplikasi maupun WhatsApp. Keberhasilan Zendo terlihat dari jumlah mitra pengemudi yang mencapai lebih dari 700 orang, mitra layanan sebanyak 2.000, dan pengguna aktif melebihi 100 ribu orang.
Kehadiran NUjek dan Zendo menunjukkan potensi besar ekonomi digital yang dapat diakses oleh ormas-ormas besar di Indonesia. Kedua platform ini tidak hanya bersaing di pasar ojol, tetapi juga menjadi bukti nyata komitmen kedua ormas dalam memberdayakan ekonomi umat dan berkontribusi bagi perekonomian nasional. Langkah ini menarik untuk diamati, bagaimana kedua platform ini akan bersaing dan berkembang di tengah persaingan bisnis ojol yang semakin ketat.