ByteDance, perusahaan di balik TikTok, mengumumkan penutupan layanan musiknya, TikTok Music, di Indonesia pada 28 November mendatang. Keputusan ini juga berlaku untuk Brasil, Australia, Singapura, dan Meksiko.
"Dengan berat hati kami sampaikan bahwa TikTok Music akan ditutup pada 28 November," demikian bunyi pengumuman di situs web TikTok Music. Layanan akan dibatalkan secara otomatis pada tanggal tersebut. Pengguna yang ingin memindahkan daftar putar ke layanan streaming musik lain harus melakukannya paling lambat 28 Oktober. Permintaan pengembalian dana dapat diajukan paling lambat 28 November.
Ole Obermann, Kepala Pengembangan Bisnis Musik Global TikTok, menyatakan bahwa penutupan ini bertujuan untuk memfokuskan upaya mereka pada peran TikTok dalam mendorong minat mendengarkan musik dan meningkatkan nilai pada layanan streaming musik. "Fitur Add to Music App kami telah memungkinkan ratusan juta lagu disimpan ke daftar putar di layanan streaming musik mitra. Kami akan menutup TikTok Music pada akhir November untuk berfokus pada tujuan, yaitu memajukan peran TikTok dalam mendorong minat mendengarkan musik yang lebih besar dan meningkatkan nilai pada layanan streaming musik, demi kepentingan artis, penulis lagu, dan industri," ujar Obermann.
TikTok menegaskan akan terus bermitra dengan layanan streaming musik ketimbang bersaing dengan mereka. Pada Februari lalu, perusahaan meluncurkan fitur "Add to Music" di TikTok yang memungkinkan pengguna menambahkan lagu langsung ke daftar putar di Apple Music, Amazon Music, atau Spotify.
TikTok Music sendiri merupakan hasil transformasi dari produk ByteDance bernama Resso, yang pertama kali diluncurkan di India dan Indonesia pada 2019. Pada 2023, Resso berganti nama menjadi TikTok Music di Brasil dan Indonesia, kemudian diperluas ke Singapura, Australia, dan Meksiko.
TikTok telah menjadi platform populer bagi pengguna untuk menemukan musik baru. Studi yang dilakukan oleh TikTok dan firma riset data hiburan Lumiate menunjukkan bahwa TikTok memiliki dampak signifikan dalam meningkatkan nilai bagi para artis melalui streaming dan mendorong pencarian konten musik.
ByteDance, yang juga memiliki platform distribusi musik bernama SoundO, mungkin ingin memanfaatkan popularitas TikTok untuk mendorong streaming dalam ekosistem sendiri. Namun, layanan tersebut tidak berekspansi secara internasional di luar beberapa pasar.
TikTok juga menghadapi hubungan yang tidak harmonis dengan industri musik akhir-akhir ini. Awal tahun ini, Universal Music Group menarik katalog musiknya dari TikTok setelah terjadi perselisihan mengenai royalti. Sebagai tanggapan, TikTok mengecam UMG atas narasi dan retorika yang salah. Pada Maret, kedua belah pihak mencapai kesepakatan baru.
Terpisah, TikTok tengah menghadapi kasus hukum terkait RUU yang berpotensi melarang aplikasi video pendek tersebut di Amerika Serikat. Hal ini mungkin telah menghambat rencana ByteDance untuk memperluas TikTok Music ke pasar-pasar seperti AS.