Presiden Prabowo Subianto mengaku berada dalam dilema. Ia diundang untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Amerika Serikat (AS) dan China, dua negara adikuasa dunia. Meskipun ingin fokus mengurus urusan dalam negeri, Prabowo tak berani menolak undangan tersebut.
"Begitu diundang ke Tiongkok, Amerika juga undang. Waduh, dua kekuatan besar mengundang. Ya enggak berani saya nolak? Demi rakyat, harus saya berangkat ke situ," ungkap Prabowo saat memberikan sambutan di acara deklarasi Gerakan Solidaritas Nasional di Jakarta, Sabtu (2/11).

Rencananya, Prabowo akan bertemu Presiden Joe Biden di AS dan Presiden Xi Jinping di China sebelum menghadiri KTT APEC di Peru dan KTT G20 di Brasil.
Prabowo mengakui bahwa kunjungan ke luar negeri ini merupakan kewajiban pertama setelah dilantik sebagai presiden. Ia pun meminta izin kepada para undangan, termasuk para menteri Kabinet Merah Putih, untuk melakukan kunjungan ini.
"Kunjungan ini merupakan upaya pemerintah untuk berhubungan baik dengan semua negara," jelas Prabowo.
Ia menegaskan bahwa Indonesia akan mengambil jalan politik tanpa lawan, dan memilih untuk tidak terseret dalam pertikaian antarnegara. "Karena Indonesia mengambil jalan seribu kawan terlalu sedikit, satu lawan terlalu banyak. Pemimpin-pemimpin Indonesia, harus menjaga bahwa Indonesia, rakyat Indonesia, bangsa Indonesia, tidak terseret ke dalam pertikaian orang-orang lain. Kita hormati semua negara," tegas Prabowo.
Indonesia, lanjut Prabowo, ingin menjadi negara tetangga dan mitra yang baik, namun tidak ingin menjadi pion bagi negara manapun.