Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menegaskan penolakannya terhadap kehadiran Temu, platform e-commerce asal Cina, di Indonesia. Hal ini ditegaskan Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi, meskipun beredar kabar bahwa Temu berencana mengakuisisi Bukalapak.
"Mereka kabarnya mau mengakuisisi Bukalapak. Tetapi Bukalapak sudah membantah," ujar Budi dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (10/10).
Alasan Kominfo menolak Temu adalah karena model bisnisnya yang dinilai membahayakan UMKM. Temu menghubungkan langsung pabrik dengan konsumen, yang dikhawatirkan akan mematikan usaha kecil dan menengah di Indonesia.
"Tetap kami tidak beri akses ke mereka untuk beroperasi. Kami harus melindungi UMKM, karena berpengaruh terhadap jutaan tenaga kerja," tegas Budi.
Bukalapak sendiri telah membantah kabar akuisisi tersebut pada Rabu (9/10). Sekretaris Perusahaan Bukalapak Cut Fika Lutfi mengatakan bahwa perusahaan akan melakukan keterbukaan informasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, jika menerima informasi yang telah diverifikasi kebenarannya terkait rencana akuisisi.
Kenaikan harga saham Bukalapak pada Senin (7/10) diyakini sebagai reaksi pasar atas informasi yang belum diverifikasi kebenarannya terkait rencana akuisisi.
"Spekulasi pasar berada di luar kendali Perseroan. Oleh karena itu, Bukalapak mengimbau para pemegang saham publik dan investor dapat memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh Perseroan sebelum membuat keputusan investasi," ujar Cut Fika Lutfi dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sementara itu, Temu telah hadir di Vietnam pada Senin (7/10) dan dikabarkan akan mengambil alih platform belanja online lokal di negara itu.
"Ada rumor yang belum dikonfirmasi maupun diverifikasi bahwa Temu sedang berbicara dengan salah satu platform e-commerce lokal di Vietnam untuk kemungkinan akuisisi," demikian dikutip dari perusahaan venture builder yang berbasis di Singapura, Momentum Works.
Momentum Works memperkirakan Temu akan menambah opsi bahasa, pembayaran, dan logistik ke platformnya, jika berupaya keras di pasar Vietnam. Temu sudah hadir di 82 negara, termasuk Vietnam, Malaysia, Filipina, Thailand dan Brunei Darussalam.