Platform kripto Indodax sempat mengalami gangguan sistem akibat peretasan yang diduga dilakukan oleh kelompok hacker asal Korea Utara, Lazarus Group. CEO Indodax, Oscar Darmawan, mengungkap kronologi kejadian yang menghebohkan dunia kripto tanah air ini.
Hasil investigasi menunjukkan celah peretasan berasal dari seorang engineer Indodax yang menerima pekerjaan freelance atau paruh waktu. Engineer tersebut, yang merupakan karyawan penuh waktu Indodax, menggunakan laptop yang sama untuk bekerja di kedua pekerjaan tersebut.
"Dalam bahasa FBI, ini disebut dengan serangan siber ‘Dream Job’," ungkap Oscar dalam program The Overpost. "Seseorang ditawari pekerjaan dengan bayaran tinggi, misalnya, mendapatkan beberapa ribu dolar per jam," jelasnya.
Modus "Dream Job" ini membuat engineer tersebut tergiur untuk mengunduh file yang ternyata sudah disusupi malware. Meskipun engineer ini hanya memiliki akses ke server biasa, malware tersebut berhasil menyebar ke server utama Indodax.
Malware yang digunakan untuk menyusup ke server Indodax merupakan jenis baru, menurut hasil audit forensik keamanan perusahaan. "Malware ini dibuat khusus untuk menyerang jaringan sistem operasi seperti yang dipakai oleh Indodax," ujar Oscar.
Malware tersebut lolos dari identifikasi antivirus, membuat Indodax harus memperketat Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam hal penggunaan laptop dan akses ke server untuk mencegah serangan serupa di masa depan.
Dugaan serangan siber ke platform kripto Indodax pertama kali diungkap oleh perusahaan keamanan Web3, Cyvers, pada 11 September. Setelah itu, Indodax menutup sistem untuk proses investigasi. Cyvers menduga kelompok hacker Korea Utara, Lazarus, terlibat dalam pembobolan platform kripto Indodax.
Dalam pengumuman deteksi transaksi mencurigakan di Indodax, Cyvers menyatakan bahwa Lazarus melibatkan 150 transaksi dan kerugian aset digital sekitar US$ 20,5 juta atau setara Rp 315,7 miliar.
Platform jual-beli aset kripto Indodax kembali dapat diakses pada 14 September. Oscar Darmawan memastikan bahwa saldo pengguna 100% aman. Indodax memiliki cadangan aset kripto lebih dari 100% dari total saldo pengguna.
Perusahaan mempublikasikan Proof of Reserve sebagai bentuk transparansi yang mencakup total aset kripto 4.806,34 Bitcoin atau Rp 4,288 triliun, 36.915,47 Ethereum Rp 1,334 triliun, serta aset kripto lainnya Rp 5,907 triliun. Total cadangan mencapai Rp 11,529 triliun.