Pernahkah Anda mencari informasi di Google, lalu mendapati iklan serupa muncul di Instagram? Fenomena ini bukanlah kebetulan. Sistem periklanan tertarget (targeted advertising) adalah biang keladinya. Sistem ini bekerja dengan melacak aktivitas online pengguna untuk menampilkan iklan yang relevan dengan minat mereka.
Lahatsatu menjelaskan, data yang dikumpulkan Google, termasuk riwayat pencarian, situs yang dikunjungi, dan interaksi dengan iklan, digunakan untuk menyusun profil pengguna. Informasi ini, dikombinasikan dengan data dari cookie dan pixel pelacakan seperti Meta Pixel (milik Instagram), membentuk gambaran lengkap tentang preferensi pengguna.
Cookie, file kecil yang disimpan di perangkat, menyimpan data seperti riwayat pencarian dan preferensi. Sementara pixel pelacakan, kode kecil di halaman web atau email, juga mengumpulkan data pengguna. Pengiklan yang menggunakan layanan Google dan Meta dapat mencocokkan data ini, sehingga iklan di Instagram bisa selaras dengan pencarian Google.
Sistem lelang iklan berbasis minat yang digunakan Google dan Meta berperan penting. Iklan yang dipersonalisasi, berdasarkan minat, demografi, dan data lainnya, ditampilkan untuk meningkatkan efektivitas kampanye iklan. Semakin sering Anda menunjukkan minat pada suatu produk, semakin besar kemungkinan Anda melihat iklan terkait di berbagai platform.
Meskipun sistem ini meningkatkan relevansi iklan, pengguna tetap memiliki kendali. Pengaturan privasi di Google dan Instagram memungkinkan Anda untuk mengelola preferensi iklan dan bahkan menonaktifkannya sepenuhnya. Jika merasa tidak nyaman dengan iklan personalisasi, Anda bisa mengubah pengaturan tersebut untuk membatasi pelacakan data.
