Berita penurunan harga minyak mentah pada perdagangan Selasa (4/2) dilaporkan oleh Cerita.co.id. Penurunan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump menunda penerapan tarif tinggi terhadap Meksiko dan Kanada selama sebulan. Keputusan ini berdampak signifikan pada harga minyak, mengingat kedua negara tersebut merupakan pemasok minyak asing terbesar ke Amerika Serikat.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 75 sen atau 1%, diperdagangkan pada $72,41 per barel. Analisis teknikal dari Andy Nugraha dari Dupoin Indonesia menunjukkan tren bearish yang menguat pada WTI, mengindikasikan potensi pelemahan lebih lanjut dalam jangka pendek. Secara teknis, harga WTI diperkirakan dapat turun hingga $70 per barel, namun potensi kenaikan ke $75 per barel juga ada jika terjadi rebound. Ketidakpastian perdagangan dan kebijakan tarif AS terhadap Kanada dan Meksiko turut memengaruhi pergerakan harga.
Dari sisi geopolitik, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum mencapai kesepakatan untuk meningkatkan penegakan hukum perbatasan, merespon permintaan Trump terkait imigrasi ilegal dan penyelundupan narkoba. Penundaan tarif 25% terhadap Kanada, termasuk tarif 10% pada impor energi, merupakan konsekuensi dari kesepakatan ini. Meskipun ada penundaan, analis ING menilai Kanada tetap rentan terhadap ketegangan perdagangan dengan AS jika tidak diversifikasi ekspornya. Pembangunan infrastruktur, seperti jaringan pipa baru, menjadi solusi jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS.
Gedung Putih mengonfirmasi rencana Trump untuk berbicara dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Hal ini terjadi bersamaan dengan dimulainya penerapan bea masuk 10% terhadap seluruh barang impor dari Tiongkok. Rencana tarif ini meningkatkan kekhawatiran inflasi di AS, yang membuat beberapa pejabat Federal Reserve mempertimbangkan pemotongan suku bunga yang lebih lambat dari perkiraan sebelumnya. Suku bunga yang lebih rendah biasanya mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) mempertahankan kebijakannya untuk secara bertahap meningkatkan produksi mulai April, meskipun ada seruan dari Trump untuk meningkatkan produksi. Laporan stok minyak mingguan AS hingga 31 Januari juga dinantikan investor. Survei Reuters memperkirakan kenaikan persediaan minyak mentah, namun penurunan stok bensin dan sulingan.
Secara keseluruhan, kombinasi faktor fundamental dan teknikal menunjukkan tekanan bearish pada harga minyak WTI, dengan potensi penurunan hingga $70 per barel. Namun, potensi kenaikan juga ada jika ada dorongan pembelian yang kuat. Perubahan kebijakan perdagangan AS dan perkembangan stok minyak global akan menjadi penentu utama pergerakan harga selanjutnya.
Berita ini juga terbit di: www.vritimes.com/id