Jakarta, Lahatsatu.com – Harga emas terus mencetak rekor tertinggi, memicu pertanyaan tentang kondisi ekonomi global dan domestik. Pada hari ini, Senin (29/9/2025), harga emas Antam telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa (ATH) di Rp 2.198.000 per gram. Kenaikan harga emas yang signifikan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa prospek ekonomi ke depan mungkin tidak sebaik yang diharapkan.
Menurut pengamat ekonomi, Ibrahim Assuaibi, lonjakan harga emas ini merupakan indikasi ketidakpastian ekonomi, baik secara global maupun di Indonesia. Faktor utama yang memicu gejolak ini adalah ketidakstabilan ekonomi global akibat konflik bersenjata yang berkepanjangan di Timur Tengah dan Eropa, serta kondisi ekonomi dan politik yang tidak menentu di Amerika Serikat.

"Permintaan emas meningkat sementara pasokan terbatas. Geopolitik, perang dagang, dan kebijakan suku bunga AS menjadi pendorong utama kenaikan harga," ujar Ibrahim.
Selain faktor global, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar juga turut memicu kenaikan harga emas di Indonesia. Karena harga emas di dalam negeri masih mengacu pada harga emas global yang diperdagangkan dalam dolar, pelemahan rupiah secara otomatis akan meningkatkan harga emas.
Ekonom senior INDEF, Tauhid Ahmad, menambahkan bahwa harga emas mencerminkan kondisi ekonomi dan perilaku pasar. Kenaikan harga emas menunjukkan ketidakpastian ekonomi yang meningkat, sementara stabilitas harga emas menandakan kestabilan ekonomi.
"Semakin banyak gejolak global, harga emas akan semakin naik. Investor cenderung mengamankan aset mereka ke emas saat ketidakpastian meningkat," jelas Tauhid.
Meskipun demikian, Tauhid berpendapat bahwa kenaikan harga emas saat ini lebih didorong oleh ketidakpastian ekonomi global daripada kondisi ekonomi domestik Indonesia. Ia menyoroti pelemahan ekonomi AS sebagai faktor utama yang mempengaruhi harga emas global.
"Nilai tukar dolar melemah terhadap mata uang negara lain, yang menyebabkan harga emas melambung tinggi," kata Tauhid.
Di tengah ketidakpastian global ini, ekonomi Indonesia dinilai masih cukup resilien. Namun, Tauhid mengingatkan akan adanya sejumlah tantangan yang perlu diwaspadai.