Laporan dari Cerita.co.id menyebutkan adanya perselisihan besar antara Elon Musk dan Sam Altman, CEO OpenAI, mengenai masa depan pengembangan kecerdasan buatan (AI). Perselisihan ini berpusat pada tawaran akuisisi OpenAI senilai USD 97,4 miliar yang diajukan oleh Musk. Musk menyatakan kesediaannya untuk membatalkan tawaran tersebut jika OpenAI tetap mempertahankan status nirlabanya. Ia berpendapat bahwa model bisnis yang berorientasi profit sangat krusial untuk daya saing dan inovasi berkelanjutan dalam pengembangan AI. Musk melihat potensi besar OpenAI jika beroperasi dengan struktur bisnis yang lebih fleksibel, memungkinkan investasi lebih besar dan percepatan pengembangan teknologi.
Sebaliknya, Sam Altman dan OpenAI menolak tawaran tersebut. Altman mengkritik Musk, bahkan menuduhnya munafik mengingat gugatan Musk terhadap OpenAI pada 2024 karena dianggap menyimpang dari misi awalnya. OpenAI, yang saat ini bernilai sekitar USD 100 miliar, menegaskan komitmennya pada pengembangan AI yang bermanfaat bagi seluruh umat manusia, bukan kepentingan individu. Mereka menekankan bahwa sebagai organisasi nirlaba, mereka tidak wajib mempertimbangkan tawaran Musk. OpenAI bahkan tengah mempertimbangkan pemisahan unit profitnya untuk meningkatkan fleksibilitas keuangan.

Perbedaan pandangan ini lebih dari sekadar perbedaan strategi bisnis; ini adalah konflik pribadi yang memperebutkan kendali atas masa depan AI. Musk menginginkan pendekatan yang lebih transparan dan berorientasi profit, sementara Altman menyeimbangkan inovasi dengan kepentingan bisnis dan investasi jangka panjang. Musk menganggap perubahan OpenAI menjadi perusahaan berorientasi profit sebagai pengkhianatan misi awal, sementara Altman membantahnya, menegaskan komitmen OpenAI pada misi globalnya. Konflik ini berpotensi besar untuk mempengaruhi arah pengembangan AI di masa depan.
Berita ini juga terbit di: www.vritimes.com/id