Raksasa teknologi Oracle siap merogoh kocek dalam-dalam untuk memperkuat posisinya di Asia Tenggara. Perusahaan ini akan menggelontorkan dana lebih dari US$ 6,5 miliar atau setara Rp 99 triliun untuk membangun kawasan komputasi awan alias cloud publik pertama di Malaysia.
"Oracle dapat membantu mereka beralih ke proses kerja yang lebih cepat, terkendali, dan lebih hemat biaya," ujar Garrett Ilg, Wakil Presiden Eksekutif Oracle untuk Jepang dan Asia Pasifik, seperti dikutip dari Reuters.
Chris Chelliah, Wakil Presiden Senior untuk Teknologi dan Strategi Pelanggan Oracle untuk Jepang dan Asia Pasifik, melihat Malaysia memiliki potensi pasar dan pertumbuhan yang menjanjikan. Ia yakin investasi ini akan mendorong pengembangan kecerdasan buatan (AI) dan pusat data di Asia Tenggara.
Kawasan cloud publik ini akan menjadi lokasi geografis untuk menempatkan fasilitas cloud Oracle. Perusahaan ini sebelumnya telah memiliki dua fasilitas serupa di Singapura. Dengan penambahan di Malaysia, Oracle kini memiliki tiga kawasan cloud publik di Asia Tenggara.
Secara global, Oracle telah memiliki 50 kawasan cloud publik yang tersebar di 24 negara. Sayangnya, Indonesia masih belum masuk dalam daftar tersebut.
Dengan adanya pusat data di Malaysia, pengguna Oracle di negara tersebut, seperti pemerintahan, perusahaan finansial, penerbangan, dan perhotelan, bisa memanfaatkan layanan cloud yang berbasis dalam negeri.
Investasi Oracle ini menambah daftar panjang perusahaan teknologi yang menanamkan modal di Malaysia. Padahal, menurut konsultan kebijakan publik Access Partnership, adopsi AI di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN.
Tahun ini, Malaysia telah menerima investasi US$ 2,2 miliar dari Microsoft, US$ 2 miliar dari Google, dan US$ 2,13 miliar dari ByteDance. Sementara Indonesia hanya mendapatkan US$ 1,7 miliar dari Microsoft dan US$ 2 juta dari Google.