Ketegangan di Timur Tengah kembali memanas setelah Hizbullah, kelompok milisi Lebanon yang didukung Iran, meluncurkan rudal balistik ke Tel Aviv, Israel, pada Rabu (25/9). Ini merupakan serangan pertama kalinya rudal Hizbullah mencapai wilayah tengah Israel.
Hizbullah mengklaim rudal tersebut menargetkan markas Mossad, badan intelijen Israel, yang diduga merencanakan serangan baru-baru ini terhadap kelompok tersebut. "Perlawanan Islam meluncurkan rudal balistik ‘Qader 1’ pada pukul 6:30 pagi (03:30 GMT) pada hari Rabu, 25-9-2024, menargetkan markas besar Mossad di pinggiran Tel Aviv," demikian keterangan Hizbullah dikutip dari Al Jazeera.
Militer Israel membantah klaim Hizbullah, dengan menyatakan bahwa markas Mossad tidak berada di daerah yang menjadi sasaran rudal. "Markas Mossad tidak berada di daerah itu, (tetapi) agak ke timur dan utara daerah itu. Rudal mereka (Hizbullah) memicu peringatan di Netanya dan Tel Aviv," kata Juru bicara internasional militer Israel, LTC Nadav Shoshani dikutip dari The Guardian.
Shoshani menambahkan bahwa serangan Hizbullah merupakan upaya untuk meningkatkan tensi ketegangan antara Lebanon dan Israel. Ia juga mengatakan serangan Israel dalam beberapa pekan terakhir telah melumpuhkan persenjataan Hizbullah. "Kami berencana membela diri dan menyingkirkan ancaman tersebut," katanya.
Serangan rudal ini terjadi setelah insiden ledakan pager dan walkie-talkie yang digunakan oleh Hizbullah di seluruh Lebanon pada awal pekan ini. Ledakan tersebut menewaskan 39 orang dan melukai ribuan lainnya. Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah pada Kamis (19/9) menyalahkan Israel atas serangan tersebut.
Situasi di Timur Tengah kini semakin tegang dan dikhawatirkan dapat memicu konflik berskala besar.