Utang paylater di Indonesia terus meroket. Data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan total utang paylater dari perusahaan pembiayaan dan perbankan mencapai hampir Rp 26 triliun pada Juli 2023.
Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK, mengungkapkan bahwa paylater melalui perusahaan pembiayaan mencapai Rp 7,81 triliun, meningkat 73,55% secara tahunan. Sementara itu, paylater melalui perbankan mencapai Rp 18,01 triliun, naik 36,66% dibandingkan tahun sebelumnya.
Meskipun pertumbuhannya signifikan, porsi paylater di perbankan masih tergolong kecil, yaitu hanya 0,24% dari total pinjaman.
Survei Reputasi ID dan Kredivo menunjukkan bahwa mayoritas pengguna paylater adalah generasi milenial dan Gen Z (di atas 18 tahun), mencapai 70,4%. Proporsi pengguna berusia 36 tahun ke atas juga mengalami peningkatan dari 27,8% pada 2022 menjadi 29,6% pada 2023.
Survei tersebut dilakukan secara online terhadap lebih dari dua juta sampel pengguna Kredivo di 34 provinsi, dengan total responden mencapai hampir 7.000.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa 68% responden yang menggunakan paylater menyebut metode ini sebagai bentuk kredit pertama yang mereka peroleh. Alasan utama memilih platform paylater adalah karena mereka tidak memiliki dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, dan paylater menjadi alternatif pembayaran cicilan selain kartu kredit.
Tingkat kepuasan terhadap paylater tahun ini juga meningkat, dengan aspek pengalaman transaksi menjadi skor tertinggi.
Meskipun banyak digunakan, paylater paling banyak digunakan untuk membeli barang dan jasa yang relatif murah, seperti pulsa dan voucher (21,2%), makanan (17,6%), dan kesehatan dan kecantikan (15,8%).