Penipuan finansial dengan modus personifikasi atau impersonator menjadi ancaman serius di Indonesia. Modus ini bahkan tercatat sebagai penipuan finansial terbesar di Asia, termasuk Indonesia, menurut analisis Interpol Global Financial Fraud Assessment pada Maret 2024.
"Para penjahat pura-pura mengaku sebagai tokoh masyarakat yang memberi giveaway atau hadiah," ungkap VP Financial Service Risk Management DANA, Fath Ade Surya, dalam acara Dialog DANA: Bersinergi Menjaga Keamanan dari Kejahatan Siber di Jakarta, Kamis (26/9).
Modus penipuan ini ternyata sangat efektif di Indonesia. Riset Center for Digital Society di Universitas Gadjah Muda pada 2022 menyebutkan, 91,2% penipuan finansial terbanyak berkedok hadiah. Studi ini berdasarkan 1.671 responden yang pernah menerima pesan penipuan digital.
Di Amerika, modus penipuan yang paling banyak dilakukan adalah advanced payment fraud. Pelaku berpura-pura menjadi penjual atau pembeli dan menipu dengan cara tidak membayarkan uang muka atau tak mengirimkan barang meski konsumen sudah membayar.
Sementara itu, di Afrika, modus penipuan kencan dan di Eropa, email bisnis palsu menjadi ancaman utama.
Sektor yang paling banyak diincar penjahat siber adalah social networking (55,17%), finansial (30,2%), dan gim (10,1%).
Waspadalah terhadap modus penipuan ini! Jangan mudah tergiur dengan iming-iming hadiah atau keuntungan yang tidak masuk akal. Selalu verifikasi informasi dan jangan pernah memberikan data pribadi atau informasi finansial kepada orang yang tidak dikenal.