Huayou Incar Rp 42,3 Triliun untuk Smelter Nikel di Sulawesi

Raksasa pertambangan asal China, Zhejiang Huayou Cobalt Co (Huayou), tengah membidik pendanaan senilai US$ 2,7 miliar atau setara Rp 42,3 triliun. Dana tersebut akan digunakan

Redaksi

Huayou Incar Rp 42,3 Triliun untuk Smelter Nikel di Sulawesi

Raksasa pertambangan asal China, Zhejiang Huayou Cobalt Co (Huayou), tengah membidik pendanaan senilai US$ 2,7 miliar atau setara Rp 42,3 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan fasilitas pemurnian dan peleburan (smelter) nikel di Sulawesi Tenggara. Proyek ini digarap bersama PT Vale Indonesia dan Ford Motor Co.

Informasi ini diungkap oleh sumber Bloomberg, yang menyebutkan bahwa HSBC Holdings Plc dan Standard Chartered Plc ditunjuk untuk mengatur pinjaman dan mengajak bank lain untuk berpartisipasi. Smelter nikel yang berlokasi di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara, akan menjadi sumber bahan baku baterai kendaraan listrik.

Huayou Incar Rp 42,3 Triliun untuk Smelter Nikel di Sulawesi
Gambar Istimewa : cdn1.katadata.co.id

Huayou memegang saham mayoritas di proyek ini dengan porsi 73,2%, diikuti Vale Indonesia (18,3%) dan Ford (8,5%). Porsi saham Ford diproyeksikan meningkat menjadi 17% di masa mendatang.

CEO PT Vale Indonesia, Febriany Eddy, mengungkapkan bahwa proses perizinan proyek berjalan lancar. "Sekarang sedang diurus analisis dampak lingkungannya (AMDAL), kalau semua lancar proyek akan langsung jalan," ujarnya.

Proyek smelter nikel ini diperkirakan menelan biaya US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 67,6 triliun. Ford telah mengunjungi lokasi proyek untuk memastikan penerapan standar ESG (Environmental, Social, and Governance) yang ketat. "Memang mereka meminta kami berperan aktif untuk memastikan nanti smelter ini sesuai standar ESG yang disepakati," jelas Febriany.

Smelter ini akan mengadopsi teknologi high-pressure acid leaching (HPAL) yang mampu memproduksi 120.000 ton mixed hydroxide precipitate (MHP) per tahun. MHP merupakan bahan baku penting untuk pembuatan baterai kendaraan listrik.

Investasi ini menjadi yang pertama bagi Ford di Asia Tenggara. Langkah ini menunjukkan komitmen kuat Ford dalam mengamankan pasokan bahan baku baterai kendaraan listrik. "Ford dapat membantu memastikan nikel yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik, diproduksi dalam standar ESG yang sama," tegas Chief Government Affairs Officer Ford, Christopher Smith.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Klik Laporkan. Terima Kasih
Laporkan

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar

ads cianews.co.id banner 1