Jakarta, 18 Februari 2025 – Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan menjadi kunci utama keberhasilan transformasi digital, demikian kesimpulan dari Indonesia Data and Economic Conference 2025 (IDE 2025) di Jakarta. Hal ini ditegaskan oleh Co-Founder and Chief Operating Officer Doku, Nabilah Alsagoff, yang menceritakan perjalanan perusahaan pembayaran gateway tersebut.
Doku, menurut Nabilah, awalnya fokus pada layanan bisnis ke bisnis (B2B) di sektor perhotelan dan perjalanan, saat internet masih belum merajalela di Indonesia. Mereka memulai dengan memproses pembayaran kartu kredit, lalu beradaptasi dengan munculnya internet banking dan berbagai metode pembayaran digital lainnya. Puncaknya adalah adaptasi terhadap pandemi Covid-19 dan munculnya QRIS.
"Dompet elektronik tumbuh eksponensial, sekitar lima kali lipat dalam empat tahun terakhir. Namun, pertumbuhan QRIS jauh lebih cepat, mencapai 21 kali lipat dalam periode yang sama," ungkap Nabilah. Ia menambahkan bahwa adopsi QRIS dan dompet elektronik telah mengubah lanskap pembayaran, terutama bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Senada dengan Doku, Bank Mandiri juga menekankan pentingnya adaptasi. Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, menjelaskan bahwa transformasi digital Bank Mandiri dimulai pada 2021, dipicu oleh disrupsi sistem pembayaran selama pandemi. Mereka meluncurkan Livin’ by Mandiri untuk layanan ritel dan Kopra untuk layanan wholesale, menjangkau masyarakat luas, terutama di perkotaan, dengan dukungan jaringan Starlink.
"Target utama kami adalah nasabah Bank Mandiri, kemudian baru komunitas lainnya," ujar Darmawan.
IDE 2025 sendiri merupakan forum diskusi tahunan yang membahas berbagai isu terkini, termasuk pangan, industri, digital, keuangan, dan energi. Sejak 2019, forum ini telah menghadirkan pembicara-pembicara terkemuka dari berbagai latar belakang.
